Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Perselingkuhan Lebih Rentan di Profesi Tertentu, Benarkah?

Kompas.com, 3 Januari 2024, 17:30 WIB
Dinno Baskoro,
Nabilla Tashandra

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Masalah perselingkuhan belakangan ini semakin jadi sorotan publik, terlebih beberapa kasusnya melibatkan profesi tertentu.

Sebut saja yang baru-baru ini viral di media sosial terkait perselingkuhan antara pilot dan pramugari dari satu maskapai, hingga dokter koas yang bertugas di rumah sakit yang sama.

Baca juga: Marak Kasus Perselingkuhan Disebarkan ke Media Sosial, Apa Sebabnya? 

Belum lagi baru-baru ini banyak ulasan beredar mengenai riset terkait profesi tertentu yang rawan melakukan perselingkuhan.

Menurut survei terbaru yang dilakukan di Inggris, misalnya, disebutkan profesi seperti sales, guru, dan petugas kesehatan adalah profesi yang rentan selingkuh dari pasangannya, seperti dikutip dari Kompas.com.

Beberapa hal itu pun seolah membentuk stigma di masyarakat kalau orang-orang atau profesi tertentu berpotensi melakukan atau terjebak dalam perselingkuhan. Lantas, benarkah demikian?

Perselingkuhan lebih rentan pada profesi tertentu, benarkah?

Terlepas dari profesi para pelakunya, psikolog Ikhsan Bella Persada, M. Psi., dari situs konseling online yang berbasis di Jakarta mengatakan, perselingkuhan pada dasarnya tidak berkaitan secara langsung dengan profesi seseorang.

Masalah perselingkuhan bisa terjadi di antara individu karena dipicu oleh banyak faktor, mulai dari latar belakang, kondisi hubungan, pekerjaan hingga tingkat pendidikan, sehingga bisa dilakukan oleh siapapun.

"Sebenarnya masalah perilaku selingkuh itu bisa disebabkan banyak faktor, jadi bukan berarti karena dia profesi A, pasti ada kemungkinan dia melakukan selingkuh," ujarnya kepada Kompas.com, belum lama ini.

Baca juga: 11 Tanda Tak Terduga Pasangan Selingkuh

Dengan kata lain, terjadinya perselingkuhan itu melibatkan banyak aspek dan tidak berkaitan dengan profesi tertentu.

Tetapi ada beberapa hal yang dikatakan Ikshan bisa memengaruhi seseorang yang untuk berselingkuh dari pasangan sahnya, antara lain:

1. Self esteem yang rendah

Perilaku selingkuh lebih sering dikaitkan dengan individu dengan self-esteem rendah.

Mereka akan terus menerus mencari peluang supaya dirinya merasa lebih baik tentang diri mereka sendiri.

"Contoh dia merasa tidak percaya diri karena pasangannya terlalu mandiri dan independen, jadi dia merasa kurang berharga, sehingga mencari alternatif agar tetap berharga dengan mencari pasangan lain yang bergantung padanya," tutur Ikhsan.

Baca juga: 7 Alasan Tidak Membalas Selingkuh pada Pasangan 

2. Kebutuhan tidak terpenuhi

Perselingkuhan lebih mungkin terjadi karena ada kebutuhan-kebutuhan yang tidak terpenuhi.

Misalnya, kebutuhan akan rasa cinta, rasa aman, kebutuhan seksual, kebutuhan akan apresiasi atau kebutuhan lainnya.

Halaman:


Terkini Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau