Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Marak Kasus Perselingkuhan Disebarkan ke Media Sosial, Apa Sebabnya?

Kompas.com - 02/01/2024, 16:04 WIB
Dinno Baskoro,
Ni Nyoman Wira Widyanti

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Pada penghujung tahun 2023 lalu, media sosial X (dulu Twitter) sempat diramaikan dengan kicauan soal perselingkuhan antara awak kabin sebuah maskapai penerbangan.

Kemudian pada awal tahun 2024, masih di platform yang sama, isu perselingkuhan lainnya terungkap dan diduga dilakukan oleh dua dokter koas yang disebarkan oleh istri sah.

Baca juga: Bukan ke Medsos, Komunikasi Terbuka Jadi Cara Atasi Perselingkuhan

Fenomena bongkar-bongkaran aib ini pun seolah menunjukkan perubahan pola komunikasi di masyarakat yang tak jarang menimbulkan sensasi dan kontroversi.

Pemberitaan meluas dengan cukup cepat dan sering mendapat atensi besar dari masyarakat.

Jika dilihat dari sudut pandang psikologi, lantas apa yang membuat korban perselingkuhan berani speak up (bicara) ke media sosial?

"Ini bisa terjadi karena mereka (korban perselingkuhan) sudah tidak dapat menahan rasa sakit hati yang dialami dan butuh penyaluran atas emosinya tersebut sehingga salah satu cara menyalurkannya dengan membagikan apa yang mereka alami ke media sosial," jelas psikolog klinis yang berbasis di Jakarta, Ikhsan Bella Persada, M. PSi. saat dihubungi Kompas.com, Selasa (2/1/2024).

Baca juga: 5 Fase Emosional Pelaku Perselingkuhan Usai Kebohongannya Terbongkar

Ilustrasi media sosial Shutterstock/13_Phunkod Ilustrasi media sosial

Ia menambahkan, ada kemungkinan menyebarkan perselingkuhan di media sosial juga disebabkan oleh korban yang merasa tidak mengalami hal ini sendirian.

Ketika melihat banyaknya dukungan yang mengarah pada korban, korban lainnya dapat merasa memiliki penguatan (reinforcement) untuk turut menyebarkan masalah serupa ke media sosial.

"Tindakan korban menyebarkan bukti-bukti di media sosial ini bisa saja menjadi tujuan untuk memberikan sanksi sosial agar pelaku jera, terutama pada pelaku yang sudah melakukan perselingkuhan beberapa kali," lanjut Ikhsan yang juga berprofesi sebagai psikolog di Binus University, Jakarta tersebut.

Baca juga: 7 Alasan Tidak Membalas Selingkuh pada Pasangan

Halaman:


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com