Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
KILAS

Sustainable Wastra dengan Limbah

Kompas.com, 30 Januari 2024, 15:01 WIB
Y A Sasongko,
Agung Dwi E

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Produk fesyen berkelanjutan (sustainable fashion) menjadi tren baru di industri pakaian. Terlebih, masyarakat semakin sadar dengan konsep keberlanjutan lingkungan.
Perubahan tren tersebut pun ditangkap oleh salah satu desainer muda Tanah Air, Andra Rachman.

Ia mengembangkan brand Andrachman dengan mengusung konsep sustainable wastra (fashion) dengan pemilihan kain yang ramah lingkungan, pewarna alam (limbah kulit kopi dan tumbuhan lain), dan juga konsep zero waste pada limbah kain yang dijadikan produk bernilai, seperti tas, aksesori, dan sepatu sebagai tambahan.

“Andrachman (juga) mempersembahkan desain yang timeless dan klasik untuk konsumennya yang juga pencinta batik modern. Dibuat secara manual (bukan pabrik), mulai dari proses membatik, pencelupan, sampai menjadi pakaian jadi,” ujar Andra dalam rilis pers yang diterima Kompas.com, Rabu (10/1/2024).

Dengan adanya brand Andrachman, Andra berharap dapat bersinergi dan berkolaborasi lebih luas untuk dunia fesyen Indonesia, khususnya kain pakaian wastra seiring dengan peningkatan tren dan kepedulian masyarakat akan adanya sustainable, konsep untuk lingkungan yang lebih baik.

Produk fesyen yang berdampak

Meski tergolong sebagai brand anyar di industri fesyen, Andra Rachman sebagai owner dan creative director memiliki segudang pengalaman di dunia fesyen.

Ia mengawali karier sejak lulus sekolah fesyen di Jakarta pada 2010. Setelah lulus, ia meneruskan untuk mencari pengalaman dengan bekerja di beberapa fashion house designer ternama serta perusahaan e-commerce terbesar di Jakarta.

Kemudian, ia memutuskan untuk menekuni ilmu yang didapat dan cita-citanya untuk mengembangkan batik modern. Tak dinyana, konsepnya ini sudah tembus pasar internasional, seperti Asia dan Eropa.

“Saya senang bercerita melalui sebuah kain dan desain. Kebahagiaan tak tergantikan oleh apa pun ketika konsumen bangga memakai dan menghargai hasil karya saya," ungkap Andra.

Lewat brand Andrachman, ia ingin menghasilkan produk bernilai tinggi yang dapat memberi dampak signifikan bagi masyarakat, lingkungan, perekonomian, serta turut melestarikan kekayaan budaya Indonesia.

Sejauh ini, lanjut Andra, koleksi Andrachman terbilang terbatas (limited). Hal ini mendorong konsumen berlomba untuk memiliki produk Andrachman karena setiap pakaian punya karakteristik berbeda-beda.

Jenama tersebut juga telah menerima beberapa penghargaan. Salah satunya dari Dewan Kerajinan Nasional (Dekranasda) Jakarta Pusat (Jakpus).

Konsumen yang ingin meng-custom desain dapat langsung mengajukan pesanan dengan sang desainer melalui WhatsApp.

"Karya ini tentang passion dan mimpi besar saya untuk menjadi seorang fashionpreneur yang diakui, baik secara nasional maupun internasional. Saya berharap, karya wastra ini dapat menginspirasi dan berdampak terhadap ekonomi, lingkungan, sosial, dan budaya,” tambahnya.

Ia meyakini, kemampuan dan pengalaman yang dimiliki dapat menjadi modal dalam mengembangkan produk yang dinamis serta memberikan energi positif dalam mendukung eksistensi fesyen Nusantara dalam industri mode dunia.

"Saya percaya pada potensi saya dan tumbuh dengan pengalaman yang saya miliki," kata Andra.

Owner dan creative director Andrachman, Andra Rachman (tengah), memiliki segudang pengalaman di dunia fesyen.Dok. Andrachman Owner dan creative director Andrachman, Andra Rachman (tengah), memiliki segudang pengalaman di dunia fesyen.

Halaman:
Baca tentang


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau