Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Orangtua Overprotektif Bikin Balita Merasa Lingkungannya Berbahaya

Kompas.com, 14 September 2024, 07:16 WIB
Silmi Nurul Utami,
Nabilla Tashandra

Tim Redaksi

Konsultasi Tanya Pakar Parenting

Uraikan lika-liku Anda mengasuh anak jadi lebih simpel

Kenali soal gaya asuh lebih apik lewat konsultasi Kompas.com

KOMPAS.com - Bayi di bawah lima tahun (balita) mengalami perkembangan yang pesat secara fisik dan mental. Pada masa ini, orangtua kerap kali dilanda kekhawatiran. 

Misalnya, ketika balita sedang belajar berjalan. Orangtua khawatir anak terjatuh atau terluka, sehingga berusaha selalu menjaga ketika mereka berjalan. 

Namun, kehati-hatian ini malah membuat orangtua menjadi overprotektif

Menurut Psikolog Anak, Remaja, dan Keluarga Rosdiana Setyaningrum, salah satu indikator orangtua yang overportektif adalah ketika kita tidak membiarkan balita merangkak atau berjalan karena takut kotor atau jatuh.

Baca juga: Ketahui Ciri-ciri Orangtua Overprotektif terhadap Anak

Padahal, belajar berjalan adalah proses balita untuk mengeksplorasi lingkungannya.

"Segala sesuatu yang membuat bayi dan balita tidak bisa mengeksplor lingkungannya itu menjadi tanda bahwa orangtua telah overprotektif," ujar Rosdiana ketika diwawancarai oleh Kompas.com, Rabu (11/9/2024). 

Orangtua pasti khawatir anak terjatuh dan terluka. Namun, ingatlah bahwa berjalan dan terjatuh adalah bagian dari proses perkembangan anak. 

Selama perkembangannya, anak menginginkan rasa aman secara fisik dan mental.

"Kalau tidak memperbolehkan dia jalan sendiri, takut jatuh jadi kita gendong atau jalan sendiri, (lalu) mau jatuh langsung, kita tangkap. Itu justru membuat dia merasa tidak aman dengan lingkungannya," tuturnya.

Baca juga: Awas, Overprotektif Bikin Anak Malah Menjauh

Dengan bersikap overprotektif seperti itu, anak akan merasa bahwa lingkungannya adalah tempat yang berbahaya. 

Jika anak tidak berani mengeksplorasi sekitarnya dan terus bergantung pada perlindungan orangtua, perkembanganya juga dapat terganggu.

Sebaliknya, orangtua bisa memastikan di mana anak berjalan. Selama jalannya tidak licin, tidak berbatu, dan tidak berbahaya, biarkan anak untuk berjalan sendiri. 

"Justru dengan jatuh dia belajar bahwa dengan jatuh dia bisa berdiri lagi, biarin dia eksplor," tutup Rosdiana. 

 
 
 
 
 
View this post on Instagram
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 

A post shared by KOMPAS Lifestyle (@kompas.lifestyle)

Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme. Berikan apresiasi sekarang



Terkini Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau