Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

6 Cara Membentuk Anak yang Resilien, Tangguh dan Tidak Mudah Menyerah

Kompas.com, 4 Januari 2025, 20:10 WIB
Silmi Nurul Utami,
Bestari Kumala Dewi

Tim Redaksi

Konsultasi Tanya Pakar Parenting

Uraikan lika-liku Anda mengasuh anak jadi lebih simpel

Kenali soal gaya asuh lebih apik lewat konsultasi Kompas.com

KOMPAS.com - Membesarkan anak tidak hanya sekadar memberikannya makan dan memenuhi semua kebutuhannya, tetapi juga harus membentuknya menjadi pribadi yang resilien. 

Anak yang resilien mampu menghadapi tekanan dan stres, serta bangkit lebih kuat dari masalah yang dihadapinya. 

6 cara membentuk anak yang resilien

Menurut Psikolog Klinis RS Dr Oen Solo Baru sekaligus pengajar di Setiabudi University Yustinus Joko Dwi Nugroho, M.Psi., berikut adalah beberapa cara yang bisa dilakukan orangtua untuk membantu anak menjadi pribadi yang resilien:  

1. Ajarkan anak untuk menghadapi masalah, bukan menghindarinya

Anak perlu belajar menghadapi masalah, bukan lari dari mereka. orangtua bisa mengibaratkan anak seperti bola yang ketika ditekan, akan melenting dan kembali ke bentuknya yang semula. 

Baca juga: Gentle Parenting Bikin Anak Jadi Lembek, Benarkah?

"Makanya saya memunculkan istilah you must fight the problem, not fly the problem," ujarnya ketika diwawancarai Kompas.com, belum lama ini. 

Begitu pula dengan anak, ketika menghadapi tekanan, ia diharapkan dapat selalu bangkit dari tekanan tersebut. Untuk membentuk kemampuan ini, anak perlu diberi kesempatan menghadapi tantangan.

Pada awalnya, orangtua bisa mendampingi, tetapi biarkan anak merasakan jatuh dan belajar untuk bangkit sendiri.

Seperti belajar berenang, anak tidak akan bisa jika hanya diberi teori, ia perlu masuk ke kolam untuk benar-benar memahami cara berenang.

2. Menanamkan Disiplin dan Konsistensi

Disiplin yang tegas namun penuh kasih adalah kunci penting dalam membentuk anak yang resilien.

Orangtua perlu konsisten dalam menerapkan aturan, meskipun anak mungkin merengek atau tantrum. 

"Selain membiarkkan anak menghadapi masalah, konsistensi juga diperlukan untuk membentuk resiliensi," jelas Joko. 

Baca juga: 8 Pengasuhan Gaya Jepang yang Ajarkan Disiplin pada Anak Sejak Dini

Ketidakkonsistenan, seperti membiarkan anak melanggar aturan karena rasa kasihan, justru akan membuat anak kesulitan belajar menghadapi kerasnya dunia. 

Hal ini juga berlaku untuk anak dengan kebutuhan khusus, di mana kemandirian perlu lebih ditekankan dibandingkan memproteksi mereka secara berlebihan.

"Padahal yang dibutuhkan anak-anak spesial itu kan adalah bagaimana dia bisa mandiri dan bisa melawan kerasnya dunia ini," lanjutnya. 

3. Membiasakan Anak Beradaptasi dengan Situasi Sulit

Anak-anak perlu diajarkan untuk menghadapi kondisi yang tidak nyaman, seperti hujan, dingin, atau tantangan lainnya.

Halaman:


Terkini Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau