Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Cara Mencegah Anak Dicium Orang Lain Saat Lebaran, Ini yang Dilakukan Para Ibu

Kompas.com, 27 Maret 2025, 08:30 WIB
Nabilla Ramadhian,
Bestari Kumala Dewi

Tim Redaksi

KOMPAS.com – Seringkali, orang-orang menganggap mencium anak bayi dan balita adalah tanda bahwa mereka merasa gemas pada mereka.

Biasanya, ini sering terjadi saat momen Lebaran, ketika seluruh keluarga dan saudara berkumpul untuk bersilaturahmi. Padahal, mencium bayi dan balita adalah tindakan yang berbahaya.

Anak-anak berpotensi tertular penyakit yang berbahaya seperti pneumonia. Tentunya, tidak ada orangtua yang menginginkan anaknya terkena penyakit yang menyerang paru-paru dan saluran napas.

Baca juga: Jangan Biarkan Bayi Dicium Saat Lebaran, Waspadai 4 Penyakit yang Bisa Menular

Sebab, pneumonia adalah penyakit yang bisa berujung pada komplikasi serius, bahkan kematian.

Cara Mencegah Anak Dicium Orang Lain

Oleh karena itu, banyak ibu dengan bayi dan balita yang membatasi interaksi antara anak mereka dengan orang lain. Misalnya saja warga Kota Depok bernama Sari (27) dan warga Jakarta Barat bernama Ulfa (27).

Nah, seperti apa sih cara mereka membatasinya?

1. Diskusi dengan pasangan

Sebelum berkumpul dengan saudara, Sari selalu berdiskusi dengan suaminya agar keduanya kompak saat menegur orang-orang yang ingin sembarangan mencium anaknya.

“Diskusi dulu sama suami. Kasih tahu buat jangan kasih cium anaknya sembarangan ke keluarga atau kerabat lainnya,” kata Sari kepada Kompas.com, Selasa (25/3/2025).

Sebab, anak Sari yang baru berusia dua tahun memiliki kulit yang sangat sensitif sejak bayi. Kulit anaknya pernah kemerahan dan gatal yang luar biasa usai dicium orang lain.

“Biar suami juga bisa kasih tahu bahayanya apa kalau cium-cium karena anaknya sensitif. Apalagi ke orang yang dari jauh rumahnya, atau perokok aktif,” tutur dia.

2. Harus bersih

Sari masih mengizinkan anaknya untuk dicium oleh keluarga ini. Hanya, mereka wajib dalam keadaan bersih. Artinya, mencuci tangan dan mencuci muka terlebih dulu.


“Kalaupun cium, harus bersihkan diri dulu untuk meminimalisir penularan penyakit atau virus. Tapi, lebih baiknya memang enggak cium atau pegang, cukup lihat anakku saja,” tegas dia.

Baca juga: Pengalaman Buruk Bikin Ibu Larang Anaknya Dicium Saat Lebaran

3. Langsung tolak

Sementara itu, cara Ulfa mencegah anaknya yang baru berusia setahun dicium dan dipegang orang lain adalah dengan langsung menolaknya.

“Ngelarang saja pakai ucapan kayak ‘maaf, jangan cium-cium ya’ atau ‘maaf, jangan cubit-cubit pipinya ya, kasihan’,” kata dia, Selasa.

Sejauh ini, Ulfa dan Sari tidak pernah menerima omongan kurang mengenakkan dari orang-orang di sekitarnya terkait larangan mencium dan menyentuh anaknya.

Untuk Ulfa, orang dewasa di sekitarnya terbiasa tidak mencium anak orang sembarangan. Hanya, anak-anak kecil di lingkungannya cukup nakal.

“Anak-anak yang suka nyubit pipi anakku. Sudah dilarang, tetap saja dicubit. Kalau anaknya enggak bisa aku bilangin, aku langsung ambil anakku dan jauhin dari mereka,” terang Ulfa.

Apabila kecolongan ada orang dewasa atau anak kecil yang mencium atau menyentuh anaknya, Ulfa langsung mengelap wajahnya dengan tisu basah atau langsng mencuci wajahnya.

Sedangkan Sari, apabila kecolongan, ia akan langsung membersihkan wajah anaknya pakai tisu basah. Selanjutnya, anaknya akan selalu ditaruh di dekatnya.

“Kalau dapat omongan enggak enak, dijawab saja dan kasih pengertian soal bahayanya. Kalau sudah dikasih tahu, tapi tetap dicium, mending jaga jarak,” pungkas Sari.

Baca juga: Sampai Usia Berapa Bayi dan Balita Tak Boleh Dicium Orang Lain?

Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme. Berikan apresiasi sekarang



Terkini Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau