Uraikan lika-liku Anda mengasuh anak jadi lebih simpel
Kenali soal gaya asuh lebih apik lewat konsultasi Kompas.com
KOMPAS.com – Anak dengan sifat ceplas-ceplos senang mengatakan apapun yang terlintas dalam pikirannya.
Namun, mereka bisa mengatakan sesuatu yang menyakiti orang lain jika dibiarkan oleh orangtuanya. Padahal sebenarnya, ceplas-ceplos merupakan perilaku yang cenderung positif, asalkan mendapat arahan yang tepat.
Lalu, ketika perkataan anak yang ceplas-ceplos menyakiti orang lain, apa yang harus dilakukan orangtua? Apakah harus memberi hukuman atau sekadar teguran dan nasihat sudah cukup?
Baca juga: Anak Bicara Ceplas-ceplos, Perilaku Positif atau Negatif?
“Terkadang, orangtua marah-marah dan ngomel-ngomel sama mereka. Mungkin bagi beberapa anak bisa, tapi menurut saya kurang efektif kalau tidak ada contoh yang nyata,” kata psikolog klinis Yustinus Joko Dwi Nugroho, M.Psi. yang berpraktik di RS DR Oen Solo Baru, kepada Kompas.com pada Rabu (2/4/2025).
Anak-anak belajar dengan mengikuti orang dewasa di sekitarnya. Jadi, orangtua harus memberi contoh bagaimana mereka harus bersikap dan berbicara saat bertemu dengan orang lain.
Jadi, alangkah baiknya hanya menegur dan menasihati anak sembari memberikan contoh, daripada memarahi mereka.
Joko juga tidak menyarankan hukuman fisik karena dapat mengakibatkan luka batin pada anak. Mereka akan selalu mengingatnya sampai dewasa.
Ketika menegur dan menasihati pun, orangtua jangan lupa untuk memberikan konsekuensi agar modifikasi perilaku pada anak berjalan lancar.
“Misal dari awal sudah ngomong, ‘jangan ceplas-ceplos dan tolong dijaga. Nanti kalau tidak bisa mengendalikan lisanmu, ada hukumannya’. Misalnya harus membersihkan ruangan kalau dia ceplas-ceplos (yang menyakiti orang lain),” ujar Joko.
Apabila anak ceplas-ceplos yang menyakiti orang lain, orangtua harus menjalankan konsekuensi yang telah diberi tahu sebelumnya pada si kecil.
“Jadi, dia pulang harus disuruh membersihkan ruangannya. Jangan hanya mengancam saja, tapi perlu dilakukan secara nyata,” kata Joko.
Baca juga: Cara Menjaga Lisan Anak agar Tidak Ceplas-ceplos Saat Bertemu Orang Lain
Psikolog klinis dewasa Adelia Octavia Siswoyo, M.Psi. menambahkan, hukuman bisa menjadi pilihan yang ideal. Namun, tidak semuanya bisa diatasi dengan hukuman.
“Ketika anak berbuat salah karena tidak tahu mana yang benar, hukuman hanya akan membuat mereka merasa tidak percaya diri dan tidak terima,” tutur Adelia yang berpraktik di Jaga Batin di Bandung kepada Kompas.com, Rabu.
Menurut dia, sebaiknya orangtua dan anak membuat aturan yang disepakati bersama terkait sifatnya yang ceplas-ceplos.
Jadi, ketika anak ceplas-ceplos yang menyakiti orang lain, orangtua tinggal mengingatkan soal aturan yang sudah diciptakan tersebut.