Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Perkataan Anak Menyakiti Orang Lain, Apa yang Harus Dilakukan Orangtua?

Kompas.com, 3 April 2025, 20:05 WIB
Nabilla Ramadhian,
Bestari Kumala Dewi

Tim Redaksi

Konsultasi Tanya Pakar Parenting

Uraikan lika-liku Anda mengasuh anak jadi lebih simpel

Kenali soal gaya asuh lebih apik lewat konsultasi Kompas.com

KOMPAS.com – Anak dengan sifat ceplas-ceplos senang mengatakan apapun yang terlintas dalam pikirannya.

Namun, mereka bisa mengatakan sesuatu yang menyakiti orang lain jika dibiarkan oleh orangtuanya. Padahal sebenarnya, ceplas-ceplos merupakan perilaku yang cenderung positif, asalkan mendapat arahan yang tepat.

Lalu, ketika perkataan anak yang ceplas-ceplos menyakiti orang lain, apa yang harus dilakukan orangtua? Apakah harus memberi hukuman atau sekadar teguran dan nasihat sudah cukup?

Baca juga: Anak Bicara Ceplas-ceplos, Perilaku Positif atau Negatif?

“Terkadang, orangtua marah-marah dan ngomel-ngomel sama mereka. Mungkin bagi beberapa anak bisa, tapi menurut saya kurang efektif kalau tidak ada contoh yang nyata,” kata psikolog klinis Yustinus Joko Dwi Nugroho, M.Psi. yang berpraktik di RS DR Oen Solo Baru, kepada Kompas.com pada Rabu (2/4/2025).

Anak-anak belajar dengan mengikuti orang dewasa di sekitarnya. Jadi, orangtua harus memberi contoh bagaimana mereka harus bersikap dan berbicara saat bertemu dengan orang lain.

Ditegur, nasihati, dan beri contoh

Jadi, alangkah baiknya hanya menegur dan menasihati anak sembari memberikan contoh, daripada memarahi mereka.

Joko juga tidak menyarankan hukuman fisik karena dapat mengakibatkan luka batin pada anak. Mereka akan selalu mengingatnya sampai dewasa.

Jangan lupakan konsekuensi

Ketika menegur dan menasihati pun, orangtua jangan lupa untuk memberikan konsekuensi agar modifikasi perilaku pada anak berjalan lancar.

“Misal dari awal sudah ngomong, ‘jangan ceplas-ceplos dan tolong dijaga. Nanti kalau tidak bisa mengendalikan lisanmu, ada hukumannya’. Misalnya harus membersihkan ruangan kalau dia ceplas-ceplos (yang menyakiti orang lain),” ujar Joko.

Apabila anak ceplas-ceplos yang menyakiti orang lain, orangtua harus menjalankan konsekuensi yang telah diberi tahu sebelumnya pada si kecil.

“Jadi, dia pulang harus disuruh membersihkan ruangannya. Jangan hanya mengancam saja, tapi perlu dilakukan secara nyata,” kata Joko.

Baca juga: Cara Menjaga Lisan Anak agar Tidak Ceplas-ceplos Saat Bertemu Orang Lain

Ingatkan tentang aturan

Psikolog klinis dewasa Adelia Octavia Siswoyo, M.Psi. menambahkan, hukuman bisa menjadi pilihan yang ideal. Namun, tidak semuanya bisa diatasi dengan hukuman.

“Ketika anak berbuat salah karena tidak tahu mana yang benar, hukuman hanya akan membuat mereka merasa tidak percaya diri dan tidak terima,” tutur Adelia yang berpraktik di Jaga Batin di Bandung kepada Kompas.com, Rabu.

Menurut dia, sebaiknya orangtua dan anak membuat aturan yang disepakati bersama terkait sifatnya yang ceplas-ceplos.

Jadi, ketika anak ceplas-ceplos yang menyakiti orang lain, orangtua tinggal mengingatkan soal aturan yang sudah diciptakan tersebut.

Halaman:


Terkini Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau