Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Teknik Masak "Deep Fried", Sehatkah?

Sayangnya, mendapatkan makanan yang renyah memerlukan penanganan khusus, hingga hasilnya bisa sungguh garing dan menguncang selera.

Aneka makanan renyah seperti tempura, ebi furai, atau chicken nugget, memang lezat dijadikan lauk.

Kulitnya yang garing namun dagingnya yang lembut merupakan kunci utama kenikmatannya.

"Untuk menciptakan kerenyahan di luar namun lembut di dalam, maka gorengan berbalut tepung ini harus digoreng dengan metode deep fried."

Begitu kata seorang chef bernama Arnold Poernomo, beberapa waktu silam, di Jakarta. 

Apa itu metode deep fried

Metode deep fried adalah teknik menggoreng dalam minyak panas dan banyak, sehingga bahan gorengan terendam sempurna.

Hanya saja, banyak orang yang enggan menggunakan teknik ini karena dinilai tidak sehat, membuat makanan terlalu banyak minyak, dan menyebabkan kolesterol tinggi.

Menanggapinya, Arnold mengungkapkan bahwa keyakinan ini tidaklah benar.

"Proses deep fried ini sebenarnya sehat dan tidak terlalu berminyak, asalkan cara menggorengnya tepat," kata dia.

Arnold menambahkan, menggoreng dengan cara ini tak hanya sekadar akan merendam bahan makanan. 

"Suhu minyak harus pas, berkisar antara 170 derajat Celcius," ungkap dia.

Selain masalah suhu, teknik deep fried  harus memerhatikan tingkat ketebalan tepung yang membungkusnya.

Dia lalu mengatakan, proses pelapisan tepung yang terlalu tebal akan membuat daging di dalamnya jadi berminyak.

Pelapisan tepung yang tebal akan membuat kulitnya berfungsi seperti spons yang menyerap banyak minyak.

Akibatnya, gorengan akan jadi sangat berminyak sampai ke dalam kulitnya. Ini yang membuat gorengan jadi tidak sehat.

Cara membuat renyah tak berminyak

Untuk itu, ia menyarankan agar lapisan tepung di gorengan memiliki ketebalan maksimal dua milimeter saja. Ketebalan dua milimeter ini setara dengan dua kali proses penepungan.

Dengan proses dua kali penepungan, balutan tepung yang menempel di daging, udang, atau makanan laut lainnya akan lebih tipis.

Ketika proses penggorengan, tepung yang tipis ini tidak akan menyerap banyak minyak, sehingga kulitnya renyah dan daging di dalamnya tetap lembut dan juicy.

"Dengan tepung yang tipis, minyak hanya akan menggoreng tepungnya saja. Lalu tepung yang tergoreng ini akan menyebarkan panas ke dalam daging di bawahnya," kata dia.

Karena panas yang disebarkan tepung, daging akan mengalami proses steam (kukus). Inilah yang membuat dagingnya tetap juicy dan lembut. 

Selain itu, jangan lupa untuk memakai minyak goreng yang sehat dan baru. Proses deep fried seperti inilah yang dikategorikan gorengan sehat.

https://lifestyle.kompas.com/read/2013/08/27/1716104/teknik-masak-deep-fried-sehatkah

Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com