Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Dunia Menghadapi Epidemi Kesepian

Dunia sedang menghadapi epidemi kesepian. Tahun 2010, sekitar 40 persen orang Amerika Serikat mengaku sering merasa kesepian. Jumlah tersebut naik 20 persen dari tahun 1980-an. Di Australia, menurut penelitian satu dari tiga orang merasa kesepian.

Sementara di Jepang, saat ini "Kodokushi" alias mati dalam kesendirian menjadi masalah di Negeri Sakura tersebut.

Perasaan kesepian bisa timbul bukan karena kita sendirian. Ada banyak orang yang tak bisa mengusir kesepiannya walau berada di tengah banyak orang. Pada dasarnya kita tidak mudah merasa kesepian jika memiliki hubungan yang berarti dengan orang lain.

Kesepian dan perasaan terisolasi bukanlah hal sepele. Ada konsekuensi dan efek samping yang jika dibiarkan berlarut, tentu akan menyebabkan hal fatal. Itu sebabnya para ahli kesehatan menganggap kesepian sebagai ancaman terhadap kesehatan masyarakat.

"Ada bukti kuat bahwa isolasi sosial dan kesepian meningkatkan risiko kematian dini secara signifikan, dan besarnya risiko melebihi banyak indikator kesehatan lainnya," kata psikolog Julianne Holt-Lunstad dari Brigham Young University.

Untuk menghilangkan perasaan kesepian, kita perlu mendapatkan dukungan sosial dari sekitar. Ketahui cara mendapatkannya.

1. Berbicara dengan orang asing

Banyak dari kita merasa ngeri membayangkan mengobrol dengan orang asing yang tak dikenal. Padahal, terkadang berbicara dengan orang asing memiliki banyak manfaat yang tidak kita sadari.

Menurut penelitian, berbicara dengan orang yang tidak kenal, misalnya dalam perjalanan, memang bisa mendatangkan perasaan negatif. Tetapi, orang-orang yang disurvei mengaku mereka merasa lebih baik dan ada perasaan lebih ringan. Jika Anda tidak menaruh curiga pada penumpang di sebelah Anda saat berada di kereta komuter, tak perlu ragu untuk merespon pembicaraannya.

Baca :Terlalu Lama "Menjomblo" Memperpendek Umur

2. Matikan gadget

Tatap muka secara langsung dapat meningkatkan produksi hormon endorfin kita. Zat ini dapat mengurangi rasa sakit dan meningkatkan kesehatan.

Makan malam bersama, memainkan "board game", ngobrol santai, dan hampir semua kegiatan sosial, menjaga hubungan kita tetap kuat. Inilah yang tidak bisa dilakukan oleh interaksi online.

"Media elektronik dapat mempengaruhi manusia dan menggulingkan koran. Tapi, jika menyangkut kesehatan manusia, tatap muka secara online dapat meningkatkan fungsi tersebut," kata psikolog Susan Pinker.

Sebuah studi yang diterbitkan tahun lalu di American Journal of Epidemiology, menegaskan bahwa media sosial menurunkan perasaan kesejahteraan jiwa.

"Hal yang rumit tentang media sosial adalah saat kita menggunakannya kita mendapat kesan terlibat dalam interaksi sosial yang berarti," tulis Shakya dan Christakis dalam sebuah sinopsis studi untuk Harvard Business Review.

Padahal, sifat dan kualitas interaksi di dunia maya tak sebanding untuk menggantikan interaksi dunia nyata yang manusia butuhkan untuk kehidupan yang sehat.

3. Berinteraksi dengan tetangga

Hubungan paling penting juga berada di sekitar kita secara geografis, meskipun tanpa ikatan darah.Tetangga dan rekan kerja yang sering kita temui dapat memberikan tujuan penting dalam peta hubungan sosial kita yang lebih luas. Bahkan, jika itu bukanlah hubungan kita yang paling berarti dan dalam.

Jujur saja, karena alasan kesibukan saat ini kita sering mengabaikan hubungan dengan orang yang tinggal dekat kita. Padahal, para ahli mengatakan bahwa relasi kita dengan tetangga berperan dalam keseluruhan hubungan dengan orang lain.

Bersikap simpatik dan menaruh perhatian pada orang yang dekat dengan kita akan menjadi cara untuk membuka ikatan sosial yang lebih kuat.

https://lifestyle.kompas.com/read/2017/12/15/080000520/dunia-menghadapi-epidemi-kesepian

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke