Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Penyebab Tersering Rambut Rontok pada Pria

Pada pria, sejauh ini penyebab kerontokan rambut yang paling umum adalah pola kebotakan laki-laki yang disebabkan oleh meningkatnya sensitivitas terhadap hormon dihidrotestosteron (DHT).

"Hampir 50 persen pria akan mengalami kehilangan rambut saat mereka berusia 50 tahun. Rambut rontok juga bisa dimulai pada usia muda, terutama jika punya kecenderungan genetik untuk rambut rontok," ucap Robert Glatter, dokter dari Rumah Sakit Lenox Hill, yang sering menangani masalah rambut rontok.

Jika Anda belum mencapai usia 50 tahun dan telah mengalami kerontokan terus-menerus, bisa jadi ini tanda kebotakan.

Secara umum, ada beberapa penyebab kerontokan rambut rontok pada pria:

1. Ketombe

Sekitar 40 persen pria memiliki ketombe yang biasa disebut seborrheic dermatitis. Hal ini bisa disebabkan perubahan hormonal atau fluktuasi produksi minyak yang berlebihan di kulit. Kabar baiknya, dermatitis seboroik ini bisa diobati dan rambut akan tumbuh lebat lagi dalam periode delapan bulan.

Baca: 5 Rutinitas yang Justru Merusak Rambut

2. Psoriasis

Psoriasis adalah kondisi autoimun yang menyebabkan pertumbuhan sel kulit berlebihan, serta timbul bercak putih bersisik tebal di kulit kepala. Mirip ketombe, tapi sisiknya lebih tebal.

"Kita bisa saja menggaruk kepala untuk meringankan rasa gatal, tapi dapat menyebabkan rambut rontok," kata Glatter.

Untuk mengurangi gatal pada kulit kepala dan kerontokan rambut, batasi penggunaan pengering rambut atau catok rambut yang dapat membuat panas kulit kepala.

Kompres kulit kepala yang bermasalah dengan air es atau handuk basah untuk meringankan gatalnya. Ada beberapa produk sampo di pasaran yang bisa membantu.

Dalam kasus yang lebih parah, kata Glatter, dokter kulit dapat memberi resep kepada berupa obat oral, krim topikal, dan salep, bersamaan dengan penggunaan terapi sinar ultraviolet untuk mengobati gejala.

Baca: Efek Negatif Pemakaian Parfum untuk Bikin Rambut Wangi

3. Kurap

Kurap yang juga disebut dengan tinea adalah infeksi jamur yang menghasilkan bercak merah bersisik pada kulit. Kurap juga bisa terjadi pada kulit kepala.

"Begitu daerah tersebut diobati dengan obat antijamur oral, rambut biasanya tumbuh kembali dalam waktu 6-12 bulan. Namun, masih mungkin beberapa kerontokan rambut bisa jadi permanen," ucap Glatter.

Baca: Sudah Benarkah Cara Kamu Keramas Selama Ini?

4. Hipotiroidisme

Meskipun lebih umum terjadi pada wanita, hipotiroidisme (atau fungsi tiroid yang tidak berjalan maksimal) pada pria dapat menyebabkan kelelahan, konstipasi, dan kenaikan berat badan.

Bahkan, penyakit ini bisa menyebabkan sulit berkonsentrasi, depresi, dan kerontokan pada rambut. "Rambut, kuku, dan kulit bisa menjadi lebih lemah dan bisa pecah lebih mudah," kata Glatter.

Baca: Ini yang Akan Terjadi jika Malas Mencuci Rambut

5. Alat penata rambut

Jika Anda memiliki rambut panjang, mengikat rambut terlalu kencang juga dapat menyebabkan folikel rambut melemah. Inilah yang menurut Glatter dapat menyebabkan kerontokan dan volume rambut berkurang.

Pemakaian bahan kimia dan alat styling rambut yang panas juga dapat mengakibatkan kerontokan rambut.

"Gel dan wax tidak secara langsung berkontribusi pada rambut rontok, tapi bisa melemahkan poros rambut saat digunakan dalam jangka panjang, membuat rambut rapuh dan lebih mudah rusak dan pecah," kata Glatter.

Baca: "Karena Perempuan Indonesia Ingin Rambut yang Wangi..."

6. Sering mewarnai rambut

Menurut data perusahaan riset pemasaran tahun 2012, sebesar 7 persen pria mewarnai rambut mereka. Jika kalian termasuk salah satu dari mereka, kebiasaan mewarnai rambut mungkin akan memperlemah kondisi rambut.

Banyak pewarna rambut mengandung paraphenylendiamine yang dapat meningkatkan risiko rambut rontok.

https://lifestyle.kompas.com/read/2018/02/14/180000920/penyebab-tersering-rambut-rontok-pada-pria

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke