Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

"Smartwatch" Fitbit-Ionic Dibenderol Rp 4,6 Juta, Apa Istimewanya?

Melihat ceruk tersebut, PT Mega Advans Teknologi, selaku rekanan penjual produk asal Amerika Serikat, Fitbit di Indonesia, menggandeng Electonic City, untuk melebarkan sayap dalam menjangkau pelanggan pengguna smartwatch.

Ya, tren smartwatch yang dipadankan dalam kegiatan olahraga, dalam beberapa tahun terakhir kian berkembang.

Dengan piranti semacam ini, penguna dapat memantau perkembangan kondisi kebugarannya, mulai dari laju denyut jantung, kedalaman tidur, jumlah kalori yang terbakar, serta komparasi waktu dan jarak tempuh dari sebuah aktivitas olahraga. 

Tak hanya itu, jam tangan pintar pun umumnya bisa dihubungkan dengan platform lain, smartphone misalnya. 

Sehingga, pemantauan aktivitas bisa pula dilakukan dengan menggunakan aplikasi di ponsel.

Selanjutnya, dengan mudah pula si pengguna mengunggah capaian yang diraih dari sebuah aktivitas ke media sosial, untuk memenuhi kebutuhan sosialnya. 

Nah, semua fungsi "umum" smartwatch tersebut juga ada pada produk terbaru Fitbit-Ionic.

Fitbit-Ionic sebenarnya bukan produk yang amat baru.

Jam tangan pintar ini pertama kali diperkenalkan pada ajang IFA atau Internationale Funkausstellung Berlin -salah satu ekshibisi industri tertua di Jerman, pada bulan September 2017.  

Namun, di Indonesia, produk ini baru resmi dipasarkan per bulan Maret 2018 ini. 

Lalu apa keistimewaan produk ini dibandingkan dengan jam sejenis yang ada di pasaran?

"Kalau fungsi-fungsi lain, mungkin sudah ada di produk yang lain, tapi smartwatch yang bisa menyimpan lebih dari 300 lagu belum ada yang punya ini, kalau pun ada harganya jauh lebih mahal," kata Aria Arifin, Asisten Sales Manager MAT, di Jakarta, Kamis (22/3/2018).

Fitbit-Ionic yang dibanderol seharga Rp 4.599.000, dilengkapi layar sentuh 1,42inci, beresolusi 348 x 250, dengan tingkat kecerahan layar 1000nits -nyaman untuk penggunaan luar ruang.

Spesifikasi ini setara dengan smartwatch keluaran Apple, Apple Watch 3 yang harganya jauh di atas Fitbit-Ionic. Bahkan resolusi Fitbit-Ionic sedikit lebih tinggi dari Apple Watch 3.

Fitur lain di dalam Fitbit-Ionic antara lain, Dynamic Personal Coaching, berupa rekaman video yang menuntun penguna dalam melakukan workout, berdasarkan personalisasi pengguna.

Lalu ada, built-in GPS, pemantau detak jantung, water resistant hingga kedalaman 50 meter, umur baterai hingga empat hari (dalam keadaan idle), serta sinkronisasi dengan ponsel baik IOS maupun Android.  

Mode pengukur langkah, jarak, pembakaran kalori, dan sejumlah fitur umum dalam smartwatch ada dalam jam tangan ini. 

Musik di smartwatch

Nah, ide menyimpan lagu ke dalam smartwatch untuk Fitbit-Ionic adalah agar pengunanya bisa meninggalkan ponsel saat berolahraga. 

Terhubung dengan earphone bluetooth, pengguna Fitbit-Ionic dapat menikmati koleksi lagu hingga 2,5GB atau kira-kira setara dengan 300 lagu.

Lagu-lagu itu "tertanam" di dalam sekeping jam tangan berbentuk persegi, yang dipasarkan dalam tiga kombinasi warna, yakni blue gray-silver, slate blue-burnt orange, dan charcoal-graphite grey.

Menanggapi ide itu, Yoke -anggota komunitas lari "KG Pelarian" menilai, untuk olahraga lari yang dilakoninya, ponsel merupakan alat utama yang selalu dibawa untuk berkomunikasi, dan tak mungkin ditinggal. 

Hal senada diungkapkan Adam, dari komunitas yang sama, dia menilai ide menyimpan lagu di dalam jam tangan terasa tak berguna.

"Ya, lari kan selalu bawa HP, sekarang enggak perlu lagi simpen lagu, denger lagu ada aplikasi kayak Spotify, beres," kata Adam. 

Mungkin ide meninggalkan ponsel semacam ini akan membantu saat pengunanya melakukan olahraga lain.

Angkat berat? Atau mungkin high-intensity interval training, di mana HP menjadi piranti yang terlalu besar untuk dibawa-bawa. 

Selera dan fitur

Lantas, apa sebenarnya yang menjadi dasar pertimbangan konsumen untuk menetapkan pilihan smartwatch di tengah banyaknya pilihan produk sejenis?  

Andre, personal trainer di klub kebugaran Celebrity Fitness yang diundang khusus untuk menjajal Fitbit-Ionic menilai, pada dasarnya semua jam yang bisa mengukur denyut jantung bagus untuk berolahraga.

"Kalau udah begitu biasanya tinggal selera. Kalo fitur dia rasa udah pas, dia akan memilih karena, selera, karena bentuk, dan juga pertimbangan harga," ungkap Andre. 

"Cuma mungkin menurut saya, model kotak Fitbit-Ionic ini akan menjangkau pasar yang lebih muda ya."

"Soalnya, pengamatan saya, mereka yang udah berumur biasa lebih suka yang bulet -kekar gitu," kata dia lagi.

Yoke pun mengungkapkan pandangan yang senada. Menurut dia, smartwatch yang ada di pasaran menawarkan fitur yang kurang lebih sama. 

"Sekarang tinggal pertimbangan model dan harga. Kalo Fitbit-Ionic ini mungkin akan dipilih oleh mereka yang enggak pengen terlalu terlihat memakai jam 'olahraga' ya."

"Model dan warnanya kan simpel, bisa dipakai di berbagai kegiatan, gak cuma olahraga," kata dia.

Adam pun sependapat. Menurut dia, konsumen yang memiliki anggaran hingga Rp 4,6 juta akan melihat Fitbit-Ionic sebagai alternatif pilihan.

"Bisa untuk bergaya, dengan fitur yang komplet, tapi harga tak semahal AppleWatch. Ini bisa jadi alternatif pilihan," sebutnya. 

Memang untuk urusan gaya, Fitbit-Ionic dengan rubber-silicon dan tiga pilihan warna frame , mungkin bisa menjadi pilihan bagus bagi para penikmat olahraga.

Mereka bisa tetap memantau kondisi kebugaran, sambil tampil trendi di berbagai kesempatan, di sepanjang hari. 

Kamu berminat? Produk ini sudah bisa didapatkan di tiga cabang Electonic City, yakni di SCBD dan Mal Pondok Indah, Jakarta, serta Bali Discovery, Bali.

https://lifestyle.kompas.com/read/2018/03/22/182510820/smartwatch-fitbit-ionic-dibenderol-rp-46-juta-apa-istimewanya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke