Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Pahami 5 Hal Ini, Problem dengan Ibu Mertua Pasti Beres

Sebab, -bahkan sekalipun dalam hubungan yang paling harmonis antara menantu dan ibu mertua, pasti pernah masalah dan friksi di antara mereka.

Pembahasan tentang hubungan antara mertua dan menantu ini menjadi lebih menarik, menyusul terkuaknya kebohongan dari aktivis Ratna Sarumpaet, yang sebelumnya mengaku dianiaya.

Kabar itu lalu menjadi sorotan media, baik media arus utama maupun media sosial. Serangkaian tanda pagar (tagar) di lini masa warganet pun bermunculan.

Salah satu yang paling menggelitik adalah munculnya tagar #2019gantimertua.

Tagar ini merujuk pada keprihatinan warganet kepada Rio Dewanto, aktor yang tak lain adalah menantu Ratna Sarumpaet.

Tentu, di benak warganet muncul beragam imajinasi tentang bagaimana selama ini hubungan Rio dengan mertuanya yang kini menjadi sorotan publik itu. 

Terlepas dari persepsi itu, persoalan dalam hubungan menantu dan mertua merupakan hal klasik yang terjadi di belahan dunia mana pun.

Namun satu kata kunci yang harus dipahami benar oleh semua menantu adalah, saat friksi dengan mertua muncul, ingatlah selalu bahwa intensi mertua sebenarnya selalu baik.

Di sisi lain, mertua ingin menjalin hubungan yang lebih kuat dengan kamu sebagai menantunya.

Jika pemahaman ini sudah diresapi, maka kita tinggal memperhatikan lima hal besar, yang bisa membantu memahami persoalan dan memperbaiki relasi dengan mertua.

Hubungan menantu dan mertua yang tidak akur lebih sering dialami oleh menantu perempuan dan mertua perempuan.

Laman Imom.com pun melansir artikel yang menjelaskan tentang kondisi ini, dan cara melihatnya dari perspektif yang lebih baik.

1. Sekali ibu, tetap ibu

So, apakah kamu pernah berpikir untuk berhenti mencintai anak yang kamu lahirkan? Tentu, tidak akan pernah, bukan?

Nah, rasa itu pula yang persis ada di dalam benak mertuamu.

Sekalipun suamimu sudah tumbuh besar menjadi pria dewasa yang mandiri, dia tetap adalah anak dari mertuamu.

Jadi, saat mertuamu bertanya -misalnya, kapan suami mu terakhir ke dokter? Atau, ingin tahu apakah anaknya tidur dengan lelap, jangan terlaly diambil hati.

Itu hanya curahan hati dan perasaan dari seorang ibu tentang anaknya. Persis seperti yang kamu lakukan terhadap anakmu.

Cobalah pahami, mertua melontarkan pertanyaan semacam itu karena dia peduli, bukan karena dia cerewet.

Menyadari dan memahami posisi semacam ini akan sangat membantu kamu untuk menyelesaikan persoalan dan friksi dengan ibu mertuamu. 

2. Amat sulit untuk tidak memberi saran

Percaya atau tidak? Ibu mertuamu sudah merasa memiliki semua informasi dan pengetahuan tentang bagaimana mengasuh anak, merawat rumah, dan berbagai hal tentang keluarga.

Jadi, ketika dia melihat kamu melakukan sesuatu yang berbeda dengan apa yang biasa dia lakukan, atau ketika dia mendapati hal yang mencerminkan kamu belum bisa tentang suatu hal, dia tak akan diam.

Sulit untuk membuatnya tenang, dan menghentikan ocehannya.

Ya, tentu saja, caramu melakukan sesuatu bisa saja berbeda dengan cara yang biasa dilakukan mertua. Itu tak bisa dijadikan patokan bahwa kamu belum terampil.

Tapi, apa sih sulitnya untuk membuka telinga dan mendengarkan saran dari dia?

Sekalipun saran yang diberikan mungkin tak berguna, tapi di sisi lain kamu bisa melatih kesabaran dan kelembutan hati untuk mendengar, dan tidak berbantahan. Bukan begitu?

3. Mertuamu ingin jadi bagian dari hidupmu

Mungkin sulit untuk bisa dipahami tentang perasaan apa yang berkecamuk ketika seorang perempuan menjadi nenek.

Perasaan ini sama persis dengan kondisi saat seorang wanita tak bisa membayangkan dirinya menjadi seorang ibu, hingga dia sungguh mengalaminya.

Namun demikian, bayangkan sajalah, berapa besar cinta yang diberikan ibu mertuamu kepada cucu-cucunya. Juga cintanya kepada suamimu dan -tak lupa, kepada kamu.

Dari sana kita bisa menyadari betapa sosok perempuan tersebut ternyata adalah bagian nyata dari hidupmu, hidup keluargamu.

Jadi, akan sangat bijak jika kita selalu merangkulnya dan menjadikan bagian dari banyak hal dalam keluarga, selagi kita bisa.

Cobalah berinteraksi lebih sering dengan dia. Jika dia hidup berjauhan dengan keluargamu, kontaklah lewat email atau pesan selular misalnya.

Jangan lupa, selalu undang dia dalam banyak acara besar yang dilewati anak-anakmu. 

4. Kesepian

Cobalah untuk berhenti sejenak dari kesibukanmu, dan bayangkan kamu berada dalam posisi seorang diri. Pasti sunyi, kan?

Kini, ketika kedamaian datang menghampirimu lewat keberadaan anak-anak, sadarilah, suatu saat nanti kamu pun akan merindukan keramaian tersebut lagi.

Ibu mertuamu pun begitu. Dia merindukan interaksi penuh kasih dari banyak orang di sekitarnya. Jadi, tak ada salahnya kamu membantu dia melewati kondisi itu.

5. Butuh pertolongan besar

Sebagian besar ibu mertua memiliki intensi untuk menolong yang amat besar. Namun, sayangnya, banyak dari mereka tak selalu merasa disambut baik -khususnya oleh menantu perempuannya.

Jadi, peranmu sebagai menantu amatlah besar untuk menyelesaikan masalah ini.

Mulailah dari hal-hal sederhana. Bertanya tentang bagaimana dulu dia membesarkan suamimu, misalnya.

Atau, melibatkan dia saat membawa anak-anak. Bisa pula, memberi kesempatan pada dia mengajarkan cucu-cucunya membuat kue sederhana.

Meskipun kamu tak bertatapan langsung dengan dia, dia sudah hidup lebih lama dari kamu. Jadi, dia tentu punya pengalaman hidup yang lebih banyak pula.

Yakini saja, pada akhirnya dia bisa membantu kamu untuk menjadi ibu yang luar biasa.

Mulai sekarang, coba tempatkan ibu mertuamu dalam perspektif yang berbeda.

Bahkan, ketika kamu tak memiliki masalah dengan dia sekalipun, teleponlah, katakan terimakasih karena sudah menjadi ibu mertua yang hebat.

https://lifestyle.kompas.com/read/2018/10/04/150431120/pahami-5-hal-ini-problem-dengan-ibu-mertua-pasti-beres

Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com