Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Rambut Rusak dan Rontok Gara-gara Smoothing atau Cat? Ada Solusinya...

Alih-alih menjadi tampil keren, sebagian orang terpaksa harus rela mengalami kerontokan rambut akibat proses tersebut.

Bahkan, kerontokan parah bisa mengakibatkan kebotakan.

Tak sedikit pula yang kemudian kesulitan mengembalikan rambut agar sehat dan tebal seperti semula.

Managing Director PT Beautindo Prima -distributor label perawatan rambut Rene Furterer, Henny Wijaya mengungkapkan pandangannya.

Menurut dia, Kebotakan tersebut adalah reaksi wajar. Sebab, rangkaian proses terhadap rambut tadi membuat bahan kimia yang digunakan terserap ke dalam pori-pori.

"Itu bisa merusak akar rambut langsung, dari sehat menjadi tidak sehat. Lalu semua rambut yang sudah dicat, lain-lain, kulit kepalanya menjadi sensitif, merah-merah."

Hal itu diungkapkan Henny seusai peluncuran rangkaian produk perawatan rambut rontok Rene Furyeter, Triphasic Progressive, dan Triphasic Stimulating Shampoo.

Acara itu berlangsung di Jakarta Convention Center (JCC), Kamis (11/10/2018).

Ketika rambut sudah terkena proses kimia, maka akar rambut akan cenderung lebih mudah rapuh.

Henny menyarankan kita untuk membandingkan kondisi rambut saat ini dengan kondisi rambut ketika kita masih kecil.

Saat masih kecil, rambut kita cenderung lebih kuat dan sakit ketika dicabut. Hal itu berbeda jika kita lakukan di usia yang lebih dewasa.

"Waktu kecil pernah cabut rambut? Kan ada putih-putih di ujungnya, nah itu rusak karena isinya asam amino."

"Cairan kimia itu masuk ke dalam (akar) dan merusak, jadinya rambut lolos begitu saja ketika dicabut," tuturnya.

Kondisi tersebut akan membuat usia rambut lebih pendek dan pemiliknya akan sulit memanjangkan rambut.

Ketika pemanjangan rambut dipaksakan, maka mereka cenderung mengalami kerontokan parah.

Hal itu bisa dilihat dari banyaknya rambut yang berjatuhan di lantai, kamar mandi, sisir, atau tempat tidur.

Meski begitu, rambut yang telah mendapat perlakuan kimia masih bisa kembali pulih dan tumbuh normal.

Hanya saja, ada proses perawatan yang harus dilalui.

Pertama, adalah mengecek kondisi kulit. "Cek dulu kulitnya, kulit kepalanya ditenangin dulu, diperbaiki lagi," kata Henny.

Setelah kulit kepala telah diperbaiki, maka perawatan rambut baru bisa dilakukan.

Tak perlu berkecil hati jika rambut menipis setelah melakukan proses pewarnaan, pelurusan atau pengeritingan rambut. Sebab, rambut pasti bisa tumbuh lebat kembali jika dirangsang secara tepat.

"Orang setelah kemoterapi botak saja masih bisa tumbuh lagi, bapak-bapak yang plontos juga bisa. Jadi selama masih hidup, masih bisa (tumbuh)," kata dia.

Ketika melakukan perawatan rambut, penting untuk melakukan teknik-teknik yang tepat agar perangsangan akar rambut bisa maksimal.

Misalnya dengan rutin melakukan pijat ringan pada kepala ketika keramas.

Pijatan bisa dilakukan sekitar 1-3 menit. Namun, memijat bukan berarti menggaruk kulit kepala.

Garukan terlalu keras justru bisa membuat kepala pusing bahkan merusak kulit kepala.

"Gunakan ujung jari, bukan digaruk. Lakukan dari belakang, ke depan dengan gerakan rotasi."

"Jika produk perawatannya bagus, massage juga perlu untuk merangsang peredaran darah," ucap Henny.

https://lifestyle.kompas.com/read/2018/10/11/194209520/rambut-rusak-dan-rontok-gara-gara-smoothing-atau-cat-ada-solusinya

Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com