Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Kisah Unik Lahir dan Bangkitnya Onitsuka Tiger

KOBE, KOMPAS.com - Kekalahan dalam Perang Dunia II adalah saat-saat yang tragis bagi masyarakat Jepang. Mereka harus tunduk pada pasukan Sekutu, dipaksa menjadi negara demokrasi menggantikan kekaisaran, dan menjadi terbuka untuk dunia.

Untunglah banyak orang tetap bersemangat untuk maju. Salah satunya adalah veteran perang berusia 32 tahun bernama Kihachiro Onitsuka. Pria asal Kobe itu ingin mengalihkan perhatian para pemuda dari bayang-bayang kelam peperangan agar bangkit lewat olahraga.

Pada saat itu, orang Jepang berolahraga menggunakan sepatu seadanya, karena memang tidak ada pembuat sepatu khusus olahraga di sana. Mereka yang ingin memakai sepatu olahraga seringkali mendapatkannya dari sisa persediaan tentara AS yang bertugas di Jepang.

Karenanya pada tahun 1949 Kihachiro Onitsuka mencoba membuat sepatu-sepatu yang cocok digunakan untuk para atlet, serta mereka yang gemar berolahraga. Awalnya ia mempekerjakan empat pegawai di rumahnya untuk membuat sepatu yang terinspirasi dari sandal jerami tradisional Jepang.

Namun sepatu "jerami" itu tidak laku karena tidak cocok dan tidak nyaman untuk bermain basket. Kebetulan saat itu orang-orang Amerika membawa olahraga basket yang segera populer di Jepang. Onitsuka pun mencari akal agar sepatu-sepatunya nyaman dipakai.

Akhirnya inspirasi itu datang pada saat yang tidak terduga. Kihachiro Onitsuka mendapat ide ketika ia menyantap salad gurita. Saat itu salah satu tentakel gurita yang hendak dimakannya menempel pada mangkuk dan sulit dilepaskan.

"Mr Onitsuka pun tertegun dan gembira setelah menyadari bentuk serupa kaki gurita yang memiliki penghisap itu bisa juga diterapkan pada sol sepatu," kata Mr Kayano, pemandu di Asics Museum, Kobe, Rabu (24/10/2018).

Gagasan itu segera diwujudkan oleh Onitsuka menjadi sepatu yang diberi merek Tiger. Sepatu baru yang dibuat beberapa model tersebut kemudian diujicobakan ke para pemain dan pelatih basket untuk mendapat masukan.

Dari hasil uji coba, Kihachiro Onitsuka kemudian membuat sepatu yang merupakan perbaikan dari contoh-contoh yang dikirimkan kepada para atlet. Ternyata hasilnya memuaskan mereka.

Dan sepatu berbahan kanvas dengan sol karet itu segera menjadi sepatu basket pilihan di se-antero Jepang. Orang-orang pun menyebutnya sebagai Onitsuka Tiger!

Inovasi

Kesuksesan sepatu basket itu membuat Kihachiro Onitsuka berniat membuat sepatu untuk cabang olahraga lain. Ia membuat sepatu lari, sepatu voli, tenis, bulu tangkis, dan sepatu untuk berbagai olahraga yang disebut all training shoes.

Salah satu terobosan bersejarah muncul tahun 1959 saat Onitsuka mengamati jari-jari kakinya yang berkerut dan lecet saat mandi. Ia menduga bahwa panas dalam sepatu adalah salah satu penyebab kaki pelari menjadi lecet saat mereka lari jarak jauh.

Maka ia membuat sepatu lari yang memiliki lubang udara, yang pada tahun 1961 dikenakan pelari marathon asal Etiophia, Abebe Bikila. Dalam marathon Mainichi di Osaka itu, Bikila menang walau untuk pertama kalinya ia berlari dengan mengenakan sepatu.

Para penggunanya mengatakan bahwa sepatu itu tidak membuat kaki kepanasan walau dipakai berjam-jam, sehingga ia dijuluki Magic Ventilation. Hasilnya, penjualan Onitsuka pun meningkat pesat.

Garis trade mark

Pada tahun 1960-an, sepatu-sepatu Onitsuka Tiger pun mulai terlihat di berbagai ajang olahraga dunia, terutama sejak Olimpiade musim panas tahun 1964 yang diselenggarakan di Tokyo.

Sepatu-sepatu baru pun dibuat, termasuk seri all training shoes bernama Limber yang diperkenalkan tahun 1966 untuk menyambut Olimpiade Mexico.

Sepatu Limber adalah sepatu Onitsuka pertama yang menggunakan garis lengkung seperti yang kita kenal sekarang. Sebelumnya, sepatu-sepatu Onitsuka memiliki berbagai bentuk garis, termasuk tiga garis sejajar seperti yang dipakai adidas.

Adapun sepatu dengan garis khas seperti yang kita kenal sekarang ini dipasarkan dengan nama Mexico 66, dan menjadi seri paling populer dan paling diminati hingga detik ini. Garis trade mark-nya pun terus digunakan pada sepatu-sepatu Onitsuka Tiger maupun Asics.

Kepopuleran Onitsuka bahkan membuat perusahaan asal AS, Blue Ribbon Shoe Company mengimpor sepatu itu dan menjadi distributor di AS. Belakangan, perusahaan ini membuat sepatu mereka sendiri dan merupakan cikal bakal lahirnya Nike yang menjadi pesaing Onitsuka.

ASICS

Tahun 1977, Onitsuka Tiger bergabung dengan perusahaan sepatu GTO dan Jelenk, kemudian ketiganya menjadi ASICS, singkatan dari Anima Sana In Corpore Sano, dalam bahasa Latin berarti dalam tubuh yang sehat terdapat jiwa yang sehat.

Sebagai hasil penggabungan tersebut, ASICS mulai fokus pada berbagai macam produk dalam cakupan yang lebih luas, termasuk peralatan ski, baseball, hingga golf. Walau mereka terus membuat sepatu olahraga, namun seri-seri ikonik Onitsuka Tiger mulai tenggelam.

Sayang, beberapa tahun berjalan, bisnis ASICS ikut meredup, sampai pada tahun 90-an perusahan itu merugi sembilan tahun berturut-turut. Penyebabnya beragam, mulai dari kondisi ekonomi sampai munculnya banyak pesaing baru.

Bangkitnya sang Macan

Namun seperti kisah-kisah perjalanan yang heroik dan romantis, ASICS kembali bangkit setelah kembali pada desain-desain ikoniknya. Tahun 2002, nama Onitsuka Tiger bahkan dihidupkan kembali sebagai lini fashion dan lifestyle dari ASICS.

Kebangkitan ini tak lepas dari munculnya tren retro dan nostalgia di seluruh dunia, di mana orang mencari barang-barang ikonik yang dibuat kembali dengan bahan dan teknologi baru.

Orang pun mulai mencari sepatu tersebut --yang sampai sekarang dikenal dengan sebutan Kill Bill-- dan melirik koleksi Onitsuka lainnya.

Tepat pada saat bersamaan, ASICS juga gencar membuat kembali sepatu-sepatu yang pernah populer.

Pada saat itu, banyak orang, termasuk dari Indonesia, sering titip beli sepatu Mexico 66 bila ada teman atau kerabat yang pergi ke Jepang atau negara lain yang memiliki gerai Onitsuka. Namun rupanya kepopuleran Onitsuka tak terbendung.

Gerai-gerai Onitsuka Tiger dibuka di berbagai negara. Gerai pertama di Indonesia dibuka tahun 2017 di Plasa Senayan, Jakarta, lalu menyusul di Mal Kota Kasablanka, kemudian di Bandung, dan segera menyusul di Surabaya.

Dalam perkembangannya, Onitsuka Tiger tidak hanya menghadirkan sepatu-sepatu ikonik yang dahulu pernah dibuat. Menggandeng desainer asal Italia, Andrea Pompilio, Onitsuka juga menghadirkan desain-desain kekinian, dari sepatu hingga busana streetwear.

Lewat peragaan busana yang menunjukkan koleksi-koleksi terbaru Onitsuka Tiger di Tokyo Senin lalu (22/10/2018), terlihat bahwa Sang Macan yang dahulu diciptakan untuk menggugah semangat para pemuda Jepang itu kini sudah bangkit kembali dan siap menancapkan cakar tajamnya.

https://lifestyle.kompas.com/read/2018/10/31/072930020/kisah-unik-lahir-dan-bangkitnya-onitsuka-tiger

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke