Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Anak Punya Teman Imajiner, Perlukah Orangtua Khawatir?

Kita seringkali berinteraksi seolah ada sahabat yang bermain bersama kita, tapi faktanya mereka tidak ada. Tapi kita terus berbincang membayangkan ada sahabat kita itu sedang bermain bersama.

Keberadaan teman imajiner bukanlah masalah yang berbahaya, namun kapan kita perlu mengkhawatirkan keberadaan teman imajiner anak-anak kita?

Penulis "The Emotionally Healthy Child" dan seorang pakar perkembangan anak di growinghappykids.com, Maureen Healy mengatakan bahwa imajinasi liar adalah hal yang normal dari perkembangan anak.

"Anak-anak secara alami memiliki imajinasi yang kaya dan aktif, termasuk memiliki teman imajiner," kata Healy.

Memiliki imajinasi kreatif di usia anak, bisa memberikan manfaat positif bagi masa kanak-kanak.

Sebuah studi di Journal of Experimental Child Psychology mempelajari hubungan antara anak-anak dan teman imajiner mereka.

Para peneliti menemukan, bahwa anak-anak yang memiliki teman imajiner cenderung memiliki perkembangan skill berpikir yang lebih baik 

Kondisi ini bisa meningkatkan kemampuan anak dalam memecahkan masalah dan perencanaan di masa depan.

Namun, memahami perbedaan apakah anak kita memiliki kemampuan untuk membedakan realita dari fantasi, menjadi hal vital yang harus diketahui orangtua tentang anak dan teman imajinernya.

Menurut Healy, anak di bawah usia 8 tahun seringkali memiliki kesulitan dalam menguraikan sisi ajaib hidup dan realita.

Contohnya, seorang anak mungkin saja percaya dirinya bisa melompati gedung-gedung tinggi seperti tokoh Wonder Woman. Namun, alih-alih mendarat dengan nyaman, ia justru mendapati pergelangan tangannya terkilir.

"Dalam kasus ini, anak tidak menyadari bahwa Wonder Woman adalah karakter imajiner," katanya.


Selain itu, mungkin akan tiba waktu di mana orangtua akan mulai bertanya tentang hubungan anak dengan teman imajinernya.

Healy mengatakan, kondisi itu dilakukan ketika teman imajiner tersebut terlihat seperti pengaruh buruk bagi anak atau anak udia sekolah, sehingga mereka tidak bisa fokus pada sekolah.

"Titik dimana orangtua mungkin mulai menunjukkan kepeduliannya adalah jika anak mereka menolak untuk berteman dengan anak di dunia nyata atau ketika teman imajiner mereka meminta mereka melakukan sebuah hak negatif atau destruktif," ujarnya.

Tentu saja setiap anak berbeda. Namun, setiap anak perlu belajar bagaimana berteman dengan teman nyata sehingga mereka bisa menjadi pribadi yang utuh, sehat, dan seimbang.

Healy juga mencatat bahwa anak di bawah usia 5 tahun yang mungkin terlihat memiliki banyak teman imajiner tak selalu harus menjadi perhatian orangtua, sejauh anak tersebut juga bisa berteman dengan anak-anak di dunia nyata.

Orangtua bisa membantu anak berteman dengan anak lainnya, dengan membantu mereka menemukan kesamaan dengan anak lain pada situasi sosial tertentu.

Selain itu, orangtua juga bisa mencontohkan perilaku yang mereka harap dilakukan oleh anak mereka ketika berteman.

Jika kamu khawatir teman imajiner sang anak akan memengaruhi mereka atau waktu yang mereka habiskan bersama teman imajiner sudah terlalu lama, cobalah berkonsultasi dengan terapis keluarga atau dokter anak untuk mendapatkan saran.

Healy sangat percaya, jika orangtua peduli dengan suatu masalah yang dihadapi anak, orangtua harus mencari bantuan profesional untuk mendapatkan saran yang tepat.

"Kabar baiknya, kita tinggal di dunia dimana para orangtua rajin mencari pedoman dan mau belajar untuk menjadi orangtua terbaik yang mereka mampu," kata Healy.

https://lifestyle.kompas.com/read/2019/07/22/202711720/anak-punya-teman-imajiner-perlukah-orangtua-khawatir

Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com