Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Kisah Anita Lundy Bikin Sepatu Ittaherl hingga Laris Bukan Kepalang

Anita adalah mahasiswi lulusan Universitas Tarumanegara. Setelah lulus ia bekerja di perusahaan swasta.

Namun karena merasa bukan bidangnya, ia banting setir menjadi pengusaha. Ia menjadi distributor barang pecah belah untuk hotel.

Di saat yang bersamaan, ia mengalami keguguran, -bahkan hingga lima kali. Kondisi ini membuatnya harus bedrest di kehamilan selanjutnya.

“Dari tujuh kali hamil, lima keguguran. Jadi saya harus bedrest,” ujar Anita Lundy mengawali kisahnya kepada Kompas.com di Bazaar Poppins, belum lama ini.

Saat bedrest, bisnis Anita terbengkalai. Stok menumpuk, order berdatangan namun tidak ada yang mengerjakan.

Hingga akhirnya, bisnis Anita bangkrut. Modal pun habis tak tersisa.

Di tengah rasa bosan di atas kasur karena bedrest, ia berpikir tidak mungkin bekerja aktif seperti perempuan lainnya.

Nah, karena merasa suka berkreasi, ia memutuskan untuk berbisnis -lagi. Pilihan pun jatuh pada ke sepatu. Sebab ia merasa susah menemukan sepatu yang nyaman, dan anti lecet.

Anita mulai berselancar mencari informasi tentang bisnis sepatu. Bermodal Rp 10 juta, dia meminta perajin membuat 30 pasang sepatu hasil desainnya.

“(Bisnis) Ittaherl mulai 2013,” ungkap ibu dari dua anak ini.

Selepas melahirkan, ia memasarkan produknya dengan cara yang jarang digunakan. Ia datang ke setiap rumah temannya menawarkan sepatu. Sebelum akhirnya ia memasarkan via online.

Kritik pedas

Perjalanan bisnisnya tidak semudah yang dibayangkan orang. Di masa awal, uji coba sepatunya banyak yang gagal.

Ada pula yang mengkritik pedas bahkan merundung hingga membuat Anita menangis.

Beruntung, semua kritik itu bisa ia jadikan masukan untuk menciptakan produk yang lebih baik. Ia pun mempelajari banyak hal, hingga teknis pembuatan sepatu.

“Aku belajar dari siapa pun. Aku juga datang ke berbagai negara seperti Jepang untuk belajar,” tutur dia.

Bisnisnya tumbuh dengan cepat. 2019 ini, ia memiliki ratusan pegawai dari perajin hingga admin medsos.

Produksi produksi Ittaherl pun moncer. Dalam sebulan, ribuan pasang sepatu terjual dalam waktu singkat.

Bahkan, ada beberapa artikel yang begitu diluncurkan habis dalam satu menit.  Namun, Anita menolak jika produknya disebut limited edition.

Sebab sekali launching, setiap artikel mencapai ribuan pasang. “Untuk repeat gak semua model bisa,” ujar dia.

“Saya ga pernah memaksakan diri untuk mendesain. Kalau lagi mentok, saya tunda bikin desain. Saya pergi pijit, creambath. Saya pause untuk recharge,” tutur dia.

Ia tidak ingin menjadi robot, mendesain dan membuat sepatu hanya sebatas rutinitas. Jika itu terjadi, maka hal-hal yang disukai akan menjadi beban.

Hal tersebut juga diberlakukan untuk pegawainya. Para pekerjanya diberikan waktu kerja yang fleksibel.

Supaya mereka bisa menyesuaikan jadwal kerja dengan urusan rumah tangga seperti mengurus anak, orangtua, dan sekolah.

Itu dilakukannya karena ia memiliki prinsip “terberkati untuk memberkati”. Jangan sampai kondisi sesuatu menghambat potensi untuk melakukan sesuatu.

“Just Start!” itulah kunci dari Anita.

Ketika ditanya apa kunci sukses dari bisnisnya, Anita mengatakan, salah satunya adalah kualitas produk.

“Untuk bahan saya menggunakan dari lokal dan impor. Seperti Taiwan dan Korea Selatan,” imbuhnya.

https://lifestyle.kompas.com/read/2019/11/30/100000220/kisah-anita-lundy-bikin-sepatu-ittaherl-hingga-laris-bukan-kepalang-

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke