Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Tak Perlu Khawatir Melajang Ketika Menginjak Usia 30 Tahun, Kenapa?

KOMPAS.com - Di usia akhir 20 tahunan, kita mungkin masih merasa percaya diri meski melajang. Bagi sebagian orang, dorongan untuk segera menikah dan berkeluarga juga mungkin tak diindahkan.

Namun, memasuki usia 30 tahun tak sedikit orang yang mulai merasa khawatir karena masih melajang. Apalagi, rasanya semakin sedikit rekan sebaya yang punya status sama.

Beberapa orang pun merasa stres dengan tekanan sosial di sekitarnya karena status lajang di usia lebih dari 30 tahun.

Meski begitu, lajang di usia tersebut bukanlah akhir dunia. Ada banyak alasan mengapa kamu tak perlu khawatir jika masih melajang di usia lebih dari 30 tahun.

Nah, kamu harus tahu bahwa mitos-mitos berikut adalah hal yang salah.

1. Semua orang yang berkualitas sudah punya pasangan

Lajang bukan berarti tidak layak, dan bukan berarti semua orang yang berkualitas sudah punya pasangan.

Di era modern seperti saat ini, banyak orang sibuk dengan pekerjaan dan kehidupannya. Ada orang yang sibuk dengan sekolahnya di usia 20 tahunan, ada yang sibuk bekerja, ada pula yang fokus berkencan.

Ada pula orang-orang yang sudah menikah namun kemudian bercerai. Itu juga tidak membuat mereka menjadi seseorang yang tidak layak, bukan?

Jadi, setiap orang punya jalan dan prioritasnya masing-masing, dan itu bukanlah masalah.

2. Sulit punya anak

Banyak perempuan yang diingatkan untuk segera menikah, karena disebut akan sulit punya anak jika usia sudah tidak lagi muda.

Hei, 30 tahun masih muda. Ada banyak orang yang bahkan baru memiliki anak pertama mereka di usia 40 tahunan.

3. Tak diinginkan

Kamu adalah kamu, seseorang yang punya ceritanya sendiri sama seperti orang lain. Lajang di usia lebih dari 30 tahun bukan berarti ada yang salah dengan dirimu dan membandingkan diri dengan orang lain adalah sesuatu yang konyol.

Orang-orang yang menikah di usia lebih muda artinya mereka cukup beruntung bisa bertemu dengan jodoh mereka di waktu yang lebih muda.

Namun, ingatlah menikah juga tak selalu bahagia. Ada orang-orang yang menikah di usia muda, namun keluarganya berantakan dan akhirnya bercerai. Dan kamu, tidak perlu menjadi seperti itu.


4. Akan lajang selamanya

Alasan kamu melajang hari ini adalah, karena kamu belum menjalani hubungan yang berlangsung selamanya di jenjang pernikahan.

Meski umur terus bertambah, bukan berarti kemungkinanmu untuk mendapatkan pasangan seumur hidup juga hilang. Yakinlah harapan tetap ada dan percaya bahwa hal-hal baik akan datang padamu.

5. Tidak stabil

Banyak orang memandang seseorang yang sudah menikah otomatis membuat seseorang menjadi seseorang yang lebih bertanggung jawab.

Bisa saja, dua orang yang tidak bermoral justru menikah. Insitusi yang melegalkan pernikahan pun tidak memiliki kewenangan untuk menentukan apakah seseorang baik atau tidak.

Ingatlah, bahwa kualitas dan kemampuan diri kita ditentukan oleh diri kita sendiri.

6. Perebut pasangan orang

Hanya karena seseorang melajang, bukan berarti dia adalah perebut pasangan orang.

Jika ada seseorang yang berpandangan demikian dan khawatir pasangannya akan melirik seseorang lajang lainnya, maka dirinya sendirilah yang harus dipertanyakan.

7. Akan kehilangan teman

Jika lajang atau tidak menjadi indikator teman-temanmu mau berteman atau tidak, maka artinya pertemanan kalian tidak memiliki hubungan yang asli.

Seseorang menjadi teman bagi orang lain karena menikmati kebersamaan, bukan karena status lajang atau berpasangan temannya tersebut.

Jika itu yang kamu alami, maka pertemananmu perlu dipertanyakan.

https://lifestyle.kompas.com/read/2020/05/13/175151520/tak-perlu-khawatir-melajang-ketika-menginjak-usia-30-tahun-kenapa

Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com