Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Soldat, Merek Jam Tangan Indonesia Seharga Rp 20 Juta, Mau Tahu?

Saat itu, Jesse merasa belum menemukan jam tangan dengan desain dan kualitas yang sesuai dengan visi dirinya, baik produksi Indonesia maupun bikinan negara lain. 

Padahal, bagi dia jam tangan adalah sebuah karya seni yang terus melekat serta mencerminkan pribadi dan karakter pemakainya.

"Karena melihat market gap itu, saya bikin jam tangan sendiri," ujar dia kepada Kompas Lifestyle, belum lama ini.

Maka, pada 2017 Jesse mendirikan perusahaan microbrand jam tangan dengan nama "Soldat".

Nama "Soldat" diambil dari Bahasa Jerman-Perancis yang berarti "tentara".

Sementara "tentara" diambil dari translasi lepas nama keluarga pendiri, yaitu "prawiro" yang berarti "perwira".

Ide membuat brand jam tangan ini dikawinkannya dengan inspirasi desain dan gaya hidup tahun 1960-1970an di Amerika Serikat dan Eropa.

Tema inilah yang kemudian dituangkan Soldat ke dalam desain jam tangannya dan dikembangkan kembali lewat sub-tema pada setiap koleksi.

Koleksi perdana Soldat yang bertajuk "Soldat Promessa" -misalnya, terinspirasi dari balapan (racing) di era 60-70an.

Mulai dari desain mobil, warna, hingga gaya berpakaian para pembalap kemudian diimplementasikan ke dalam koleksi jam tangan yang hadir dalam tiga warna itu.

Soldat Promessa dirancang dengan menggandeng Studio Desain dari Swiss untuk perancangan desain, dan perusahaan manufaktur Jepang untuk pembuatan jam tangan.

Hingga kemudian jam tangan ini  hadir untuk pasar Indonesia dan internasional pada tahun 2019.

Koleksi perdana Soldat dibanderol dengan harga mulai dari Rp 19 juta-Rp 20,9 juta.

Jesse menyebut, harga tersebut sebetulnya ditetapkan untuk memberikan kepercayaan bahwa Soldat memberikan kualitas pembuatan.

Harga tersebut juga memastikannya setara dengan desain yang terbaik bagi para pelanggan.

"Untuk ukuran jam tangan kronograf yang mesinnya complicated, kami cukup affordable," ucap Jesse.

Pelanggan terbanyak Soldat saat ini masih berdatangan dari Eropa dan Amerika Serikat.

Di usia brand yang masih muda ini, Jesse mengaku masih kerap menemukan pelanggan yang datang dari daerah yang tidak terduga.

Misalnya, pelanggan yang datang dari Latvia, Eropa Utara. "Kadang kami malah enggak menyangka pembelinya dari negara mana," tambah dia.

Desain dan gaya hidup era 60-70am di Amerika dan Eropa masih akan menjadi tema besar Soldat untuk koleksi-koleksi mendatang. Namun, sub-tema koleksi tidak lagi bertema racing.

"Misalnya, jam tangan militer yang dibuat di tahun itu atau formal dress watch yang biasa dipakai pada tahun itu."

"Semuanya kami pelajari, tapi pada akhirnya disesuaikan dengan tema utama kami," ungkap Jesse.

Jesse meyakini kualitas bisa menjadi modal untuk meraih pasar yang semakin luas.

"Kalau di dunia internasional salah satu statement saya adalah bahwa jam tangan bisa dibuat dengan baik dan bagus, dengan pendekatan yang baik dan benar," ujarnya.

Untuk jangka panjang, ia sangat ingin melibatkan lebih banyak kontribusi anak bangsa dalam proyek Soldat dan meyakini cita-cita tersebut akan bisa dicapai.

Jesse mengaku sudah melakukan sejumlah riset. Misalnya, mencari studio di Indonesia yang siap dan berani membuat desain jam tangan sekaliber arloji Swiss.

Atau, mencari desainer asal Indonesia yang bisa merancang font khusus Soldat.

"Intinya membuat brand kami jadi lebih personalized," kata Jesse.

Jika kembali ke alasan awal ia gemar mengoleksi jam tangan klasik, bagi Jesse jam tangan adalah sebuah seni yang memperkuat karakter pemakainya.

Untuk itu, ia memproduksi Soldat dengan sungguh-sungguh, dan memberikan kualitas terbaik agar jam tangan ini menjadi sesuatu yang dihargai orang banyak, layaknya karya seni.

"Kami akan terus membuat jam tangan dengan kuantitas terbatas, karena kami ingin jam tangan ini benar-benar menjadi sesuatu yang spesial dan dihargai oleh orang-orang karena dibuat dengan sepenuh hati," ungkap dia.

https://lifestyle.kompas.com/read/2020/06/17/074842420/soldat-merek-jam-tangan-indonesia-seharga-rp-20-juta-mau-tahu

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke