Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Jangan Terlambat, Waspadai 11 Tanda Obesitas Berikut

Obesitas adalah kondisi kesehatan kompleks, di mana penderitanya memiliki jumlah lemak tubuh yang berlebihan.

Mengutip situs Kementerian Kesehatan, berdasarkan pemantauan Status Gizi (PSG) Kementerian Kesehatan, terdapat sekitar 25,8 persen penduduk dewasa yang masuk kategori obesitas pada 2017. Jumlah itu melonjak dua kali lipat dibandingkan tahun sebelumnya yang hanya 10,6 persen.

Menurut Mayo Clinic, obesitas bukan hanya masalah penampilan, melainkan masalah medis yang dapat meningkatkan risiko sejumlah penyakit, seperti penyakit jantung, diabetes, tekanan darah tinggi, dan jenis kanker tertentu.

Mengenali tanda obesitas sejak awal akan sangat membantu menemukan solusinya sehingga kita lebih mungkin terhindar dari ancaman penyakit di masa depan.

Kelebihan kalori tersebut kemudian akan disimpan oleh tubuh sebagai lemak.

Saat ini obesitas menjadi masalah yang semakin umum. Sebab, banyak orang dengan kehidupan modern mengonsunsi banyak makanan murah berkalori tinggi dalam jumlah berlebihan dan menghabiskan banyak waktu duduk di meja, di sofa atau di mobil.

Penyebab obesitas juga bisa karena faktor selain gaya hidup, seperti memiliki kelenjar tiroid yang kurang aktif (hipotiroidisme). Meskipun, kondisi ini biasanya tidak menyebabkan masalah berat badan jika dikontrol secara efektif dengan obat-obatan.

Selain itu, faktor genetik juga bisa menjadi penyebab obesitas dan memengaruhi jumlah lemak tubuh yang disimpan seseorang di tubuhnya.

Genetik juga berperan terhadap kemampuan tubuh seseorang mengubah makanan menjadi energi, bagaimana tubuh meregulasi napsu makan, dan bagaimana tubuh membakar kalori selama berolahraga.

Obesitas cenderung menurun di keluarga. Tidak hanya karena faktor genetik, tetapi anggota keluarga biasanya memiliki kebiasaan makan dan aktivitas fisik yang sama.

BMI adalah ukuran untuk mengetahui apakah kita memiliki berat badan yang sehat untuk tinggi badan kita.

Bagi kebanyakan orang dewasa, BMI sehat berkisar 18,5 hingga 24,9, sementara BMI 25-29,9 artinya kelebihan berat badan, BMI di atas 30-39,9 dikategorikan obesitas, dan BMI di atas 40 artinya tingkat obesitas sangat parah.

Namun, angka BMI tidak digunakan untuk mendiagnosis obesitas karena orang dengan banyak massa otot bisa saja memiliki BMI tinggi tanpa memiliki banyak lemak.

Selain BMI, ada beberapa cara menghitung berat badan ideal yang dapat digunakan, seperti dipaparkan dalam ulasan di tautan ini.

Salah satu cara mengetahui ukuran tubuh ideal adalah dengan mengukur lingkar pinggang.

Umumnya, pria dengan ukuran pinggang 94 cm atau lebih dan wanita dengan ukuran pinggang 80 cm atau lebih cenderung mengalami masalah kesehatan terkait obesitas.

Lebih lanjut, menurut Verywell Health, berikut tanda obesitas yang dapat dikenali:

  • Akumulasi lemak tubuh berlebuh, terutama di sekitar pinggang.
  • Kesulitan bernapas.
  • Keringat berlebih.
  • Mendengkur.
  • Kesulitan tidur.
  • Masalah kulit, seperti kelembapan terakumulasi di lipatan kulit.
  • Ketidakmampuan dalam melakukan aktivitas fisik sederhana yang sebelumnya sangat mudah dilakukan.
  • Mudah lelah, berkisar dari ringan hingga ekstrem.
  • Nyeri, umumnya pada punggung dan sendi.
  • Dampak psikologis, seperti kurang percaya diri, depresi, malu, dan melakukan isolasi sosial.

Sementara tanda obesitas pada anak meliputi:

  • Gangguan makan.
  • Deposit jaringan lemak, mungkin terlihat di area payudara.
  • Munculnya stretch mark di pinggul dan punggung.
  • Acanthosis nigricans atau kulit beludru gelap di sekitar leher dan area lainnya.
  • Sesak napas ketika melakukn aktivitas fisik.
  • Sleep apnea.
  • Sembelit.
  • Refluks asam lambung.
  • Harga diri yang buruk.
  • Pubertas dini pada anak perempuan atau pubertas tertunda pada anak laki-laki.
  • Masalah ortopedi, seperti kaki rata atau dislokasi pinggul.

Penyakit yang nenyertai obesitas sering kali menyebabkan cacat jangka panjang yang serius atau bahkan dapat menyebabkan kematian. Selain itu, orang dengan obesitas diketahui mengalami masa hidup yang lebih pendek.

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengatakan bahwa obesitas dapat dicegah. Namun, penting untuk mengidentifikasinya sejak dini sebelum terlambat.

Cara mengatasi obesitas yang terbaik adalah mengurangi asupan kalori dan berolahraga secara rutin.

Beberapa hal yang dapat dilakukan untuk mengatasi obesitas, antara lain:

  • Menerapkan pola makan sehat dan seimbang, seperti direkomendasikan oleh para ahli medis.
  • Meningkatkan aktivitas fisik, seperti jalan cepat, jogging, berenang, atau tenis selama 150-300 menit (2,5-5 jam) per minggu.
  • Makan perlahan dan menghindari makan berlebih.
  • Mendapatkan dukungan secara psikologis dari profesional medis untuk membantu mengelola kembali mindset tentang makanan.

Jika tanda obesitas masih terlihat meski sudah melakukan perubahan gaya hidup, penting untuk menghubungi dokter dan mengonsultasikan perawatan yang tepat untuk mengatasi masalah obesitas.

Pada beberapa kasus, prosedur bedah mungkin diperlukan.

https://lifestyle.kompas.com/read/2021/11/09/191433320/jangan-terlambat-waspadai-11-tanda-obesitas-berikut

Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com