Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

5 Fakta Penting Soal Pikun, Demensia yang Bukan Hanya Dialami Lansia

Gejalanya berkaitan dengan masalah memori, pemikiran atau bahasa, dan perubahan suasana hati, emosi, persepsi dan perilaku. Keluhan tersebut biasanya meningkat seiring dengan penuaan namun tidak disebabkan penambahan usia itu sendiri.

Pakar kesehatan dari Universitas Indonesia, Dr. dr. Ninik Mudjihartini, MS mengatakan demensia bisa juga disebut dengan pikun. Hal ini terjadi karena menurunnya kemampuan berpikir secara drastis akibat gangguan jaringan otak.

"Ada banyak jenis demensia namun paling banyak adalah kasus alzheimer, bisa sampai 60 sampai 70 persen," katanya dalam webinar bertajuk Kiat Sehat Lansia Pasca Pandemi COVID-19, Sabtu (18/12/2021).

Kebanyakan masyarakat belum sadar akan risiko demensia alias pikun. Gejala gangguan daya ingat kerap disalahartikan sebagai perilaku lupa biasa padahal kondisinya sangat berbeda.

Selain itu, demensia juga bisa dicegah risikonya dengan pola perilaku hidup sehat. Hal tersebut bertujuan untuk mencegah kerusakan jaringan otak yang menjadi penyebab pikun ini.

Untuk lebih jelasnya, berikut adalah lima fakta penting soal demensia alias pikun, dikutip dari Alzheimer's Society.

Demensia bukan bagian alami dari penuaan

Orang tua yang lupa pada nama, wajah atau momen kenangan tertentu adalah hal yang normal. Namun demensia juga membuat penderitanya kesuliran merencanakan, memikirkan sesuatu dan harus berusaha keras untuk terus mengikuti percakapan.

Selain itu, demensia juga memberikan perubahan besar pada suasana hati dan perilakunya.

Oleh sebab itu, demensia bukanlah bagian alami dari penuaan dan tidak hanya mempengaruhi orang tua. 

Demensia disebabkan oleh penyakit otak

Demensia disebabkan oleh kerusakan pada jaringan otak, bukan hanya sekedar peristiwa lupa biasa.

Penyakit Alzheimer, jenis demensia yang paling dominan, disebabkan matinya sel-sel saraf sehingga merusak struktur dan kimia otak.

Ada berbagai jenis pikun atau demensia yang berbeda, tergantung bagian otak mana yang mengalami kerusakan.

Ada banyak penyebab lain dan tidak ada dua jenis demensia yang sama. Dalam berbagai jenis demensia ada kerusakan pada bagian otak yang berbeda.

Setiap orang mengalami demensia dengan caranya sendiri. Banyak hal yang dapat memengaruhi hal ini, termasuk sikap seseorang terhadap diagnosis dan kesehatan fisiknya.

Faktor lain termasuk hubungan yang dimiliki dengan teman dan keluarga, perlakuan dan dukungan yang mdidapatkan, dan lingkungannya.

Bukan hanya sekedar gangguan ingatan

Demensia alias pikun tidak hanya membuat seseorang kesulitan mengingat. Gejala lainnya juga termasuk gangguan pada cara berpikir, berbicara, memahami sesuatu, merasakan, dan berperilaku.

Dokter Ninik menjelaskan, demensia bahkan membuat seseorang kesulitan melakukan kegiatan yang familiar termasuk menggunakan ponselnya sendiri.

Selain itu, demensia membuat seseorang kehilangan kepercayaan diri dan menarik diri dari lingkungan sosial.

Gejala demensia secara bertahap memburuk dari waktu ke waktu. Seberapa cepat ini terjadi bervariasi dari orang ke orang – dan beberapa orang tetap mandiri selama bertahun-tahun.

Penderita demensia bisa tetap hidup normal

Tidak ada obat untuk demensia namun penderitanya masih bisa tetap hidup normal. Ada sejumlah perawatan yang bisa dilakukan untuk mencegah gejalanya dan terjadi pemburukan.

Misalnya saja dengan melakukan stimulasi kognitif dan tetap aktif secara fisik, mental maupun sosial. Hal tersebut dapat meningkatkan kerja otak, mempertahankan daya ingat dan mencegah depresi yang dirasakan akibat gejala yang dirasakan.

Tidak hanya terjadi pada lansia

Demensia memang banyak terjadi pada lansia namun juga bisa dialami anak muda. Kondisi yang dialami orang di bawah usia 65 tahun ini sering disebut demensia onset dini atau demensia usia kerja.

Hal ini memang relatif jarang terjadi namun harus diwaspadai dan dicegah. Gejala awalnya biasanya kehilangan memori, masalah dengan gerakan, berjalan, koordinasi atau keseimbangan.

Selain itu, demensia pada anak muda cenderung diturunkan melaluo genetik. Namun hal ini tidak memicu sejumlah masalah kesehatan serius lainnya meskipun perlu banyak penyesuaian untuk bisa beraktivitas normal.

https://lifestyle.kompas.com/read/2021/12/18/133304020/5-fakta-penting-soal-pikun-demensia-yang-bukan-hanya-dialami-lansia

Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com