Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Tips Menerapkan Pola Makan Plant Based Tanpa Menguras Kantong

KOMPAS.com - Pola makan plant based tengah digandrungi seiring berkembangnya gaya hidup sehat di masyarakat.

Tapi sayangnya, masih ada yang menganggap pola makan plant based itu identik dengan harga yang mahal.

Pandangan yang seperti itu lantas menjadi tantangan tersendiri bagi segelintir orang untuk menunda kebiasaan baik dengan mengonsumsi sumber pangan berbasis nabati.

"Kita tahu bahwa pola makan plant based apalagi bahan organik pasti harganya dua kali lipatnya dari daging."

"Tapi saya rasa itu akan sebanding dengan manfaatnya."

Demikian kata Helga Angelina, CEO & Co Founder Burgreens & Green Rebel dalam media gathering Fore X Green Rebel "The Meatless Deli" di Jakarta, Jumat (24/6/2022).

Meski harga menu plant based yang mahal itu bisa dikatakan relatif, namun Helga mengakui adanya perbedaan harga itu karena perbandingan antara kebutuhan dan ketersediaan bahan di pasaran belum seimbang dari segi industrinya.

Dapat kita lihat misalnya pada sistem bisnis protein hewani yang ekosistem bisnisnya sudah berjalan sangat lama.

Sehingga antara permintaan konsumen dan ketersediaan stok di pasaran sistemnya sudah digodog matang-matang.

"Dulu orang-orang baru kenal daging juga harganya mahal kok."

"Sedangkan karena bisnis ini sudah lama berjalan, maka proses antara permintaan dan ketersediaan bahan pangan itu menjadi lebih efisien," lanjutnya.

Begitu pula jika melihat berbagai akses para peternak yang cukup mudah dalam memenuhi kebutuhan pakan yang harganya juga bisa dikatakan terjangkau. 

Hal tersebut tentu berpengaruh pada bisnis protein hewani yang membuat harganya tidak lebih mahal dari menu plant based. 

Sementara faktanya pada bisnis industri plant based, lini bisnis ini baru saja dikenal masyarakat begitu pula para pebisnis lainnya.

Kondisi pertumbuhan antara permintaan dan proses produksinya masih penuh dengan keterbatasan.

Misalnya saja pada teknologi pengembangan dalam memproduksi bahan pangan pengganti daging sampai mengutamakan kualitas dari produk tersebut.

Industri yang masih terbilang baru, membutuhkan lebih banyak biaya untuk memenuhi kebutuhan tersebut.

"Sama seperti daging ketika baru-baru muncul dulu. Itu harganya mahal juga."

"Dengan pertumbuhan plant based saat ini. Kami berharap pelan-pelan plant based ke depannya akan lebih terjangkau juga." papar Helga.

Terlepas dari harga menu plant based yang terbilang mahal, sebenarnya masyarakat bisa mencoba berbagai kiat menerapkan menu plant based yang tidak menguras kantong.

Menurut Helga, salah satu cara yang paling ekonomis adalah menikmati makanan yang ada d warteg.

"Ke warteg bisa ke 70 persen makanan yang ada itu plant based lho. Tinggal dipilih saja menunya apa."

Seperti kita tahu, sebetulnya menerapkan pola makan plant based bagi orang Indonesia itu tidak sulit, jadi hanya perlu dibiasakan saja.

Di warteg, kita dapat dengan mudah memilih menu dengan sayuran sebagai bahan dasarnya. Seperti tumisan labu, tumis kangkung, orek tempe, tumis jamur, tauge, tempe, tahu dan lain sebagainya. 

Sebetulnya, kata Helga, sejak zaman dulu aneka makanan yang dikonsumsi orang Indonesia juga berbasis sayuran. Sehingga dalam menerapkan pola makan plant based dirasa tidak terlalu sulit. 

"Dari zaman dulu nenek moyang kita mengajarkan semi vegetarian. Mereka punya guide makanan yang plant based."

"Kita bisa lihat orang-orang zaman dulu makannya tempe, sayur-sayuran dan bukan dairy products seperti susu bahkan daging," pungkas Helga.

https://lifestyle.kompas.com/read/2022/06/26/103407820/tips-menerapkan-pola-makan-plant-based-tanpa-menguras-kantong

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke