Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Viral di Media Sosial, Ini Kata Sosiolog soal Citayam Fashion Week

Momen street fashion anak-anak muda dari Citayam hingga Bojonggede di kawasan Dukuh Atas, Sudirman, Jakarta Pusat ini memang tengah viral di media sosial. 

Sejumlah pesohor bahkan ikut nimbrung untuk menyaksikan fenomena itu langsung termasuk Anies Baswedan, Ridwan Kamil, hingga Paula Verhoeven.

Para tokoh ini ingin menyaksikan langsung asyiknya para remaja di pedestrian hingga zebra cross layaknya model papan atas dengan busana street fashion-nya sembari membuat konten.

Sejumlah pesohor tersebut juga menjajal sensasi menjadi model jalanan layaknya anak-anak muda di Citayam Fashion Week, selain juga membuat konten media sosial.

Di samping itu, Citayam Fashion Week juga melahirkan sejumlah "nama besar" yang viral di TikTok, di antaranya Jeje Slebew, Roy, Bonge, hingga Kurma.

Meski mendulang pujian dan berpotensi menjadi pioner industri kreatif di kawasan tersebut, Drajat menyebut popularitas Citayam Fashion Week dapat berakhir kapan saja.

Citayam Fashion Week sebagai bentuk urban subversif

Drajat mengapresiasi viralnya Citayam Fashion Week Lantaran yang disebutnya sebagai fenomena urban subversif.

Maksudnya, munculnya inisiatif masyarakat yang mencoba membuat identitas di luar dominasi pemerintah atau negara.

Dalam hal ini, anak-anak muda dari SCBD (Sudirman, Citayam, Bojong Gede, Depok) itu yang menjadi aktor berani menunjukkan ekspresi dalam bentuk kreativitas berbusana.

"Citayam Fashion Week adalah suatu gejala yang menunjukkan bahwa ekspresi identitas kreatif dan beraneka ragam ternyata direspons masyarakat," ujar Drajat ketika dihubungi Kompas.com melalui pesan singkat, Kamis (21/7/2022).

"Tapi mereka mengekspresikan sebuah kemerdekaan dalam berpikir dan berekspresi dalam sebuah kota," sambungnya.

Lebih lanjut, akademisi ini mengatakan  Citayam Fashion Week merupakan bentuk penerimaan dari masyarakat secara positif.

Tidak mengherankan apabila popularitasnya makin meningkat hingga viral di media sosial, khususnya jagat TikTok.

"Bagi kami di sosiologi ini positif. Karena merupakan urban subversif yang diterima publik," tambah Drajat.

"Karena tidak semua urban subversif itu diterima publik, misalnya corat-coret dinding kota ada yang tidak menyukai bahkan dihapus karena melakukan kritik kepada pemerintah," sambungnya.

Budaya berbusana tersebut memang sudah lebih dulu nge-hype di kalangan anak muda Amerika Serikat, Jepang, Korea Selatan, termasuk China.

Meski melahirkan selera tersendiri, ia menyebut street fashion adalah gejala di dunia yang menjadi bentuk perlawanan terhadap kemapanan struktur dari fashion.

Pasalnya masyarakat kelas menengah-bawah berusaha untuk menjangkau fashion yang selama ini lekat dengan gaya berbusana orang-orang berduit, pejabat, hingga selebritis.

"Fashion yang bagus-bagus dan terjaga 'kan ada di kelas atas jadi tidak terjangkau oleh masyarakat menengah-bawah," ujar Drajat.

"Jadi fashion itu memiliki kelas sosial. Kelas sosial bawah memang cenderung memakai fashion yang apa adanya."

"Ini menggambarkan urban subversif atau perlawanan struktur perkotaan yang sudah dikuasai kelas atas, bisa mereka lawan dengan Citayam Fashion Week," tambahnya.

Citayam Fashion Week bisa kiamat kapan saja

Drajat menjelaskan street fashion dalam perkembangannya di banyak tempat di dunia sudah diterima oleh masyarakat.

Tidak mengherankan apabila titik-titik street fashion menjadi salah satu destinasi bagi banyak orang untuk berkunjung.

Namun, Drajat mengungkap, popularitasnya kerap dimanfaatkan sejumlah kekuatan-kekuatan besar.

Salah satunya adalah penjual produk KW atau second ekspor yang lantas mendapuk beberapa anak-anak muda supaya memakai barangnya.

Fenomena tersebut dapat bercampur dengan inisiatif dari anak-anak muda dan bisnis yang masuk.

"Ini yang barus dijaga karena kalau itu (barang KW dan second ekspor) masuk, maka ruang urban subversif atau inisiatif masyarakat bisa hilang, tandas Drajat.

Ancaman ini dikatakan Drajat sudah mulai muncul dengan hadirnya Anies Baswedan yang mengunjungi Citayam Fashion Week bersama EU Ambassador dan juga Vice President of The European Investment pada Selasa (19/7/2022) yang lalu.

Atau Ridwan Kamil yang melenggang di zebra cross bersama driver ojek online denga setelan jas krem dan topi ala koboi pada Rabu (20/7/2022).

"Karena dia Citayam Fashion Week sudah menjadi tempat berkumpul orang banyak akibatnya orang-orang politik akan suka tampil di situ," tutur Drajat.

"Untuk menunjukkan mereka berbaur dengan masyarakat kelas menengah-bawah."

"Yang paling penting hrus dijaga walau ruang publik, street fashion dimasuki oleh bisnis atau politik, jangan sampai menghilangkan ruang-ruang inisiatif kreativitas yang ada di sana," pungkasnya.

https://lifestyle.kompas.com/read/2022/07/21/193000120/viral-di-media-sosial-ini-kata-sosiolog-soal-citayam-fashion-week

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke