Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Selingkuh Lebih Berisiko Kena Penyakit Kelamin daripada Open Relationship

KOMPAS.com - Orang yang selingkuh dari pasangannya mempunyai risiko tinggi terkena penyakit kelamin ketimbang pasangan yang menerapkan open relationship.

Hal itu sudah dibuktikan melalui sebuah studi pada tahun 2013 yang menemukan fakta terkait faktor risiko penyakit kelamin di dalam sebuah hubungan monogami atau pernikahan.

Berdasarkan hasil studi itu, mereka yang suka selingkuh cenderung melakukan hubungan seks yang tidak aman dan akibatnya risiko penyakit kelamin pun akan lebih tinggi.

Di dalam penelitian, para peneliti meninjau orang-orang yang terlibat dalam hubungan monogami yang kemudian selingkuh.

Sebagian besar dari mereka kecil kemungkinannya untuk menggunakan kondom dan tidak menyadari akan penularan penyakit menular seksual (PMS) dibandingkan orang yang menerapkan open relationship.

Bahkan hasil studi menunjukkan mereka yang tidak setia juga memiliki risiko tinggi menularkannya kepada pasangan yang resmi.

Bagi yang belum familiar dengan open relationship, hubungan semacam ini biasanya melibatkan pasangan resmi yang mengizinkan pasangannya untuk menjalin hubungan dengan orang lain karena berbagai alasan.

Mungkin di Indonesia open relationship masih sangat tabu dibahas karena sangat bertentangan dengan norma yang berlaku, termasuk -tentu saja, agama.

Tapi pada kenyataannya, orang-orang melakukan open relationship dilakukan atas persetujuan bersama sehingga mungkin tidak ada pihak yang merasa dirugikan.

Tetapi dalam hubungan yang sah, perselingkuhan juga tidak bisa dibenarkan. Risiko mereka tertular penyakit kelamin juga jauh lebih tinggi menurut studi.

Terri Conley, dari Departemen Psikologi di Universitas of Michigan dan tim peneliti lainnya mengumpulkan data dari 308 orang dalam hubungan monogami, dan 493 orang yang menerapkan open relationship.

Semua peserta pada dua kelompok ini ditinjau intensitas berhubungan seks di luar hubungan mereka yang sah.

Kemudian diajukan pertanyaan lagi seputar praktik seks aman bersama pasangan mereka di luar hubungan yang resmi.

Hasilnya dapat disimpulkan bahwa 48 persen orang yang selingkuh lebih jarang menggunakan kondom daripada mereka yang ada dalam open relationship.

Kemudian hanya sedikit dari mereka yang menyadari betapa pentingnya pencegahan dan pemeriksaan dini terhadap penyakit menular seksual yang presentasenya hanya 34 persen.

Mereka juga kerap tidak peduli dengan sterilisasi alat bantu seks yang digunakan.

Sedangkan orang yang open relationship 66 persen lebih sadar dalam praktik seks yang aman dan 63 persen dari mereka juga sering membicarakan masalah penyakit kelamin.

Para ahli pun memertimbangkan untuk orang yang diselingkuhi pasangannya supaya membuat diskusi khusus dengan si tukang selingkuh (jika sudah terbukti) untuk mengatasi serta mencegah penularan penyakit menular seksual dalam kehidupan rumah tangganya.

"Rencana semacam itu dapat memfasilitasi seputar informasi yang berkaitan dengan kesehatan masing-masing pasangan untuk mencegah penyebaran penyakit kelamin lebih lanjut."

Demikian dalam keterangan studi yang diterbitkan dalam Journal of Sexual Medicine tersebut, seperti dilansir Livescience.

https://lifestyle.kompas.com/read/2023/04/26/142535820/selingkuh-lebih-berisiko-kena-penyakit-kelamin-daripada-open-relationship

Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com