Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

8 Tanda Hubungan Tak Bisa Diselamatkan, Lebih Baik Sudahi Saja!

KOMPAS.com - Konflik dan masalah dalam hubungan cinta menjadi bagian dari dinamika kehidupan dan itu merupakan hal yang wajar dialami banyak pasangan.

Setiap pasangan pun memiliki segudang cara untuk menemukan solusi dari setiap masalah yang dihadapi.

Meski demikian, kita perlu menyadari beberapa hal yang menjadi pertanda kalau hubungan cinta tidak bisa diselamatkan lagi.

Jika sudah mencapai titik itu, upaya yang dilakukan untuk memperbaiki hubungan bisa berbuah nihil dan justru berdampak buruk bagi kebahagiaan bersama.

Tanda hubungan sudah tidak bisa diselamatkan

Pakar seks asal Inggris, sekaligus penulis buku terkenal bertema sex and relationship, Tracy Cox merinci 7 tanda hubungan sudah tidak bisa diselamatkan lagi. 

1. Semakin mengenal pasangan, malah merasa semakin tidak menyukainya

Mengenal pasangan hingga ke sifat-sifat aslinya sangat penting untuk hubungan jangka panjang.

Tetapi, jika semakin kita mengenalnya dan perasaan kita semakin tidak suka atau menemukan banyak ketidakcocokan, itu bisa menjadi pertanda kalau lebih baik kita sudahi saja hubungan tersebut.

"Jangan sampai ada seseorang yang muncul di balik topeng atau si dia tidak seperti yang kita kira," kata Cox.

2. Membuat kita semakin buruk

Hubungan asmara yang ideal membutuhkan keseimbangan. Ketika kita sudah terlalu lama bertahan, tapi kita semakin mengarah pada hal-hal buruk, mungkin hubungan itu tak layak dilanjutkan.

Menurut Cox, gaya keterikatan yang tidak sesuai, kepribadian yang bertentangan, hingga chemistry yang rendah seringkali membuat seseorang tidak bisa memunculkan hal-hal yang baik dari dirinya.

"Bagaimana pun juga, hubungan tidak bisa berhasil jika banyak faktor yang bikin kita mengeluarkan semua sifat negatif," papar Cox.

3. Makin merasa cuek dengan pasangan

Lebih baik ada rasa benci pada pasangan daripada cuek dengan si dia. Sebab, kata Cox, sikap acuh tak acuh sama saja seperti tidak ada kepedulian lagi tentangnya.

Dengan demikian, sebenarnya rasa, harapan atau bahkan cinta yang kita miliki sudah memudar atau memang tidak pernah ada.

"Jika kita membenci pasangan, itu artinya kita masih ada rasa peduli," ungkap Cox.

4. Pasangan bukan orang pertama kali untuk tahu segalanya

Coba dipahami, siapa orang pertama akan kita ceritakan untuk memberi tahu hal baik atau buruk yang terjadi?

Jika yang pertama muncul di pikiran kita bukan pasangan, itu juga merupakan red flag.

Tidak peduli seberapa dekat kita dengan teman atau anggota keluarga yang lain, jika hubungan kita sehat, secara naluri, pasangan kita harus menjadi orang pertama yang diberi kabar.

5. Semua argumen menjadi agresif

Masalah komunikasi yang mampet selalu menjadi bagian dari perpisahan dalam hubungan. Jika kita bisa menjalin komunikasi yang baik, masalah apa pun pasti dapat diselesaikan.

Sebaliknya, komunikasi yang buruk bisa memicu siklus yang sangat beracun bagi hubungan.

Terutama jika saat berbicara dengan pasangan, semua argumen berubah menjadi agresif.

Seolah-olah tingkat kemarahan dan kebencian sedang berada di puncaknya setiap kali berbicara dengan pasangan.

Hubungan yang seperti ini tidak layak untuk dipertahankan dalam jangka panjang.

6. Tidak ada hasrat untuk berdebat

Hal ini justru kebalikan dari poin empat, yang mana di dalam hubungan tidak ada lagi perdebatan sama sekali.

Hubungan yang adem ayem tanpa masalah mungkin menjadi impian banyak orang.

Tetapi jika sampai ada masalah serius masing-masing merasa tidak perlu lagi diperdebatkan, ini merupakan pertanda kalau kamu dan dia sudah menyerah dalam mempertahankan hubungan.

"Jika memilih diam dengan tidak mendiskusikan apa pun hanya untuk menghindari perdebatan, hal itu bisa membuat hubungan semakin buruk," kata Cox.

7. Menghindari kontak fisik dengan pasangan

Selalu menghindar dari pasangan atau malah merasa tidak nyaman jika kontak fisik dengan pasangan dapat menjadi red flag selanjutnya.

Kontak fisik dalam sebuah hubungan bisa menjadi pertanda hubungan dalam keadaan baik dan sehat.

Jika pasangan atau kita malah tidak lagi menikmati kasih sayang melalui kontak fisik dalam jangka panjang, hubungan itu tidak bisa diselamatkan lagi.

8. Tidak ada lagi kesamaan tujuan

Jika kita dan pasangan tak lagi dapat menyatukan visi dan misi dalam hubungan untuk apa melanjutkan. Demikian pula saat kita tidak bisa lagi membayangkan kehidupan di masa depan bersama, bisa jadi itu pertanda kita tidak lagi sejalan dengan pasangan.

Menurut penelitian, orang yang memiliki kemiripan atau tujuan bersama cenderung memiliki kehidupan yang bahagia dan jangka panjang daripada mereka yang bertolak belakang.

"Kita memerlukan kompabilitas dan tujuan bersama untuk bertahan dalam jangka panjang," papar Cox.

https://lifestyle.kompas.com/read/2023/09/22/191831320/8-tanda-hubungan-tak-bisa-diselamatkan-lebih-baik-sudahi-saja

Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com