Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Simak, 11 Ragam Motif Batik dan Maknanya

Pendiri Griya Peni, Peni Cahyaningtyas, mengatakan bahwa setiap motif memiliki makna tersendiri. Apa saja? Yuk, simak penjelasannya.

1. Motif Gringsing

“Motif Gringsing itu artinya, semoga yang memakai kain batik Gringsing menolak atau mematahkan segala energi negatif,” ucap dia kepada Kompas.com di Griya Peni Art Space, Pondok Gede, Kota Bekasi, Senin (30/9/2024).

Beberapa daerah penghasil batik Gringsing adalah Wonogiri, Kebumen, Yogyakarta, dan Cirebon. Ciri-ciri batik Gringsing adalah bulatan-bulatan seperti mata ikan di latar belakang kain.

Bagian depannya bisa dikombinasi dengan motif bunga atau burung. Namun, latar belakang harus bulatan-bulatan itu.

2. Motif Pagi Sore

Selanjutnya adalah batik Pagi Sore dari Pekalongan. Memang tidak ada arti di balik motif ini. Namun, sejarah terciptanya motif Pagi Sore cukup unik.

“Dahulu, (bahan baku) susah banget masuk Nusantara. Jadi, pembatik mengakali bagaimana kain sepanjang dua meter punya dua motif atau dua warna,” terang Peni.

Setiap motif dan warna pada Pagi Sore cukup kontras satu sama lain. Ini untuk memungkinkan pengguna memakai satu motif dan warna pada pagi hari, serta satu motif dan warna lainnya pada sore ke malam hari.

“Kalau Pagi Sore yang ada di Griya Peni, motifnya kompeni dan buketan. Intinya, motif Pagi Sore selalu memiliki dua warna dan dua motif dalam satu kain,” ujar dia.

Dikutip dari Google Arts & Culture milik Unit Pengelola Museum Seni Indonesia Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Provinsi DKI Jakarta, Jumat (4/10/2024), munculnya motif Pagi Sore disebabkan oleh sulitnya bahan baku katun saat periode peperangan.

Ketika melawan Jepang pada tahun 1940-an, sulitnya bahan baku memasuki Nusantara disebabkan oleh terganggunya jalur perdagangan. Meski peperangan telah usai, batik Pagi Sore tetap eksis hingga kini karena ramai peminat.

3. Motif naga dan burung foniks

Selanjutnya adalah batik Lasem motif naga dan burung foniks. Batik dengan dua motif ini identik dengan warna merah marun, karena pengaruh akulturasi dari budaya Tionghoa.

“Si naga melambangkan pria yang gagah dan berani, kalau burung foniks melambangkan perempuan yang lemah lembut, gemulai, cerdas, dan anggun,” jelas Peni.

4. Motif gunung ringgit

Gunung Ringgit, identik dengan motif yang menyerupai sisik ikan, adalah motif lainnya dari batik Lasem. Makna di balik motif Gunung Ringgit adalah kemudahan rezeki bagi penggunanya.

5. Batik Gedog

Batik Gedog adalah batik khas Tuban yang dibuat dengan cara ditenun. Mereka identik dengan motif Kembang Waluh.

Disadur dari situs resmi Balai Bahasa Provinsi Jawa Timur Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi, motif Kembang Waluh umumnya terdiri dari rangkaian daun, bunga, dan burung foniks yang dirangkai meliuk-liuk.

Peni mengatakan, asal mula batik Gedog adalah banyaknya benang kapas di daerah Tuban.

“Mereka pintal sendiri menjadi benang dan mereka tenun. Setelah jadi tenun, mereka gambar, baru mereka batik. Ini lebih rumit, karena membatik itu lilin malam panasnya harus menembus kain. Untuk batik Gedog, ada skill tertentu,” tutur dia.

6. Motif Sekar Jagad

Motif Sekar Jagad berasal dari Surakarta dan Yogyakarta. Peni menerangkan, arti motif ini adalah agar pengguna bisa menguasai dunia.

“Kalau zaman dulu kan ada keraton. Jadi, artinya, bisa menguasai seluruh dunia. Tapi kalau sekarang, dianggapnya semoga pengguna motif Sekar Jagad bisa keliling dunia,” papar dia.

7. Motif Wahyu Tumurun

Wahyu Tumurun identik dengan motif mahkota, bunga, dan sepasang ayam atau burung yang saling berhadapan.

Makna di balik motif Wahyu Tumurun adalah agar hidup orang-orang yang memakainya selalu sukses dan derajatnya selalu naik.

Sebagai contoh, jika seseorang mendambakan kenaikan jabatan atau mencapai cita-cita tertentu, mereka bisa memakai batik bermotif Wahyu Tumurun dalam kegiatan sehari-hari.

8. Motif Sido Asih

Motif Sido Asih sering digunakan dalam acara lamaran atau pernikahan. Makna di balik motif ini adalah agar pemakainya bisa saling mengasihi antara manusia.

9. Motif Sido Mukti

Sama dengan Sido Asih, motif Sido Mukti juga sering hadir dalam acara lamaran atau pernikahan. Filosofi batik Sido Mukti adalah agar segala keinginan seseorang dikabulkan oleh Yang Maha Kuasa.

10. Motif Tambal

Untuk motif Tambal, Peni menjelaskan bahwa makna di baliknya adalah agar pemakai motif itu diberi kesembuhan dan lebih ditenangkan hatinya.

11. Motif Gurda

Batik Gurda identik dengan motif burung Garuda.

“Untuk cowok, yang memakai motif ini diharapkan dan didoakan agar mereka menjadi orang yang pemberani, berwibawa, dan gagah,” kata Peni.

Griya Peni Art Space adalah tempat untuk belajar tentang batik dan mengikuti kelas membatik. Dua kegiatan ini baru mulai dilakukan pada tahun 2021 di sana.

Namun, sebenarnya edukasi tentang batik dan kelas membatik sudah mereka lakukan sejak tahun 2000 di berbagai tempat, seperti di kampus-kampus, di acara tertentu, dan kedai kopi. Indra Tjahjani, ibunda Peni, adalah penggagasnya, karena ia merupakan pegiat batik.

Jika tertarik, mereka berlokasi di Perumahan Permata-Timur 2, Blok OO Nomor 15, Jaticempaka, Pondok Gede, Kota Bekasi. Lokasinya mudah ditempuh dari LRT Jatibening.

Harga kelas membatik di Griya Peni Art Space dimulai dari Rp 150.000 per orang. Jadwal kelas membatik tersedia di akun Instagram mereka, yaitu @mbatikyuuukworkshop dan @griyapeni.

https://lifestyle.kompas.com/read/2024/10/04/120500320/simak-11-ragam-motif-batik-dan-maknanya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com