KOMPAS.com - Kasus siswa kelas 4 SD di Medan yang dihukum duduk di lantai saat jam pelajaran oleh gurunya, hanya karena belum bayar sekolah, bisa berefek pada dampak sosial si anak.
Menurut Psikolog klinis dari Analisa Personality Development Center (APDC) Indonesia, Pramudita Tungga Dewi, S.Psi, M.Psi, hukuman duduk di lantai tersebut tidak tepat, karena bukan disebabkan masalah yang dilakukan oleh siswa itu sendiri.
"Hukuman tidak tepat yang telah diberikan kepada siswa ini dapat membuat siswa yang bersangkutan mengalami trauma dan berdampak pada berbagai aspek psikologis pada dirinya, seperti kepercayaan diri, self esteem, motivasi, dan hubungan sosialnya," ujarnya kepada Kompas.com, Selasa (14/1/2025).
Ia khawatir dalam kasus ini anak tersebut menjadi tidak percaya diri dalam menjalin hubungan di kemudian hari, baik itu kepada guru maupun teman.
Pasalnya, menurut Pramudita, jika seorang anak mengalami pengalaman traumatis maka akan memengaruhi hubungan sosial dan kehilangan rasa kepercayaan diri di kemudian hari.
"Anak dapat mempersepsi guru bukanlah sosok yang aman, sehingga tidak menaruh rasa percaya dan enggan dalam berinteraksi. Kemudian anak juga menjadi tidak percaya diri dalam menjalin interaksi dengan teman-temannya," tuturnya.
Diketahui sebelumnya, seorang siswa kelas 4 SD di Yayasan Abdi Sukma, Medan, dihukum oleh guru berinisial H dengan cara duduk di lantai saat jam belajar.
Hukuman tersebut dikabarkan karena siswa tersebut menunggak uang sumbangan pembinaan pendidikan (SPP) selama tiga bulan.
https://lifestyle.kompas.com/read/2025/01/14/081242620/siswa-dihukum-duduk-di-lantai-karena-tunggak-spp-bisa-berdampak-pada