Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Angga Yunanda Menikah di Usia 25, Terlalu Muda atau Justru Ideal?

JAKARTA, KOMPAS.com – Aktor Angga Yunanda resmi menikahi kekasihnya, aktris Shenina Cinnamon dalam sebuah upacara yang digelar secara intim.

Pernikahan pasangan ini langsung menjadi perbincangan hangat di media sosial dan akun keduanya dibanjiri ucapan selamat.

Namun, tak sedikit warganet yang terkejut dengan kabar ini, apalagi karena Angga tampak awet muda dan dinilai menikah muda.

Padahal, usia pemain film "Dua Garis Biru" itu sebetulnya sudah menginjak 25 tahun.

Menikah usia 25 Tahun: muda atau justru waktu yang tepat?

Data Litbang Kompas yang dirilis (19/1/2023) menjelaskan, justru menunjukkan bahwa usia ini adalah usia ideal bagi banyak orang untuk melangsungkan pernikahan.

Berdasarkan hasil jajak pendapat Litbang Kompas, mayoritas masyarakat justru menganggap usia 25 tahun sebagai usia yang ideal untuk menikah.

Dalam survei yang dilakukan terhadap responden berusia 17-35 tahun, ditemukan bahwa:

Temuan ini menunjukkan bahwa pernikahan di usia 25 tahun bukanlah sesuatu yang luar biasa.

Justru, angka ini menjadi acuan umum bagi banyak anak muda dalam menentukan perjalanan hidup mereka.

Meski banyak anak muda bercita-cita menikah di usia 25-27 tahun, fenomena menunda pernikahan juga tetap terjadi.

Menurut Badan Pusat Statistik (BPS), misalnya, generasi masa kini memiliki kesibukan dan mobilitas yang tinggi, sehingga mereka cenderung lebih private dan menunda pernikahan demi fokus pada karier dan kehidupan pribadi.

Namun, survei Litbang Kompas justru menunjukkan bahwa tren ini tidak berarti anak muda enggan menikah, melainkan lebih berhati-hati dalam menentukan waktu yang tepat.

Secara psikologis, usia 25 tahun juga sering dikaitkan dengan quarter-life crisis, yaitu fase di mana seseorang menghadapi banyak keputusan besar dalam hidupnya, seperti karier, keuangan, dan hubungan.

Dalam kajian psikologi, masa ini dikenal sebagai awal kedewasaan, di mana seseorang mulai memasuki "dunia nyata" dengan tanggung jawab yang lebih besar.

Riset dari National Library of Medicine juga menyebutkan bahwa perkembangan otak manusia, khususnya di bagian korteks prefrontal, mencapai kematangan penuh pada usia 25 tahun.

Bagian otak ini berperan dalam pengambilan keputusan dan pemecahan masalah kompleks.

Dengan kata lain, usia 25 tahun bukanlah usia muda untuk menikah, melainkan usia di mana seseorang telah cukup matang secara emosional dan psikologis untuk membangun rumah tangga.

Pernikahan Angga Yunanda dan Shenina Cinnamon mungkin mengejutkan sebagian orang, tetapi jika melihat data dan tren pernikahan di Indonesia, keputusan mereka bukanlah sesuatu yang aneh.

Justru, usia 25 tahun adalah usia favorit bagi banyak generasi muda untuk menikah.

https://lifestyle.kompas.com/read/2025/02/11/074036320/angga-yunanda-menikah-di-usia-25-terlalu-muda-atau-justru-ideal

Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com