KOMPAS.com - Para penderita epilepsi sering merasa ragu dengan keputusannya untuk memiliki anak.
Mereka khawatir bahwa kondisi epilepsi yang mereka alami dapat berdampak pada kesehatan anak di masa depan.
Menurut dr. Putri Auliya, dokter spesialis saraf di RS Islam Ibnu Sina Pekanbaru, penderita epilepsi pada dasarnya tetap bisa memiliki anak.
“Penderita epilepsi tetap bisa memiliki anak,” ujarnya saat dihubungi Kompas.com pada Senin (10/3/2025).
Namun, jika ingin memiliki anak, Putri menyarankan untuk berkonsultasi terlebih dahulu ke dokter saraf.
Pasangan perlu memantau secara rutin selama kehamilan untuk memastikan kejang tetap terkendali dan kesehatan janin terjaga.
“Jika ingin memiliki anak, penderita epilepsi harus berkonsultasi ke dokter saraf,” ujarnya.
Jika penderita epilepsi adalah wanita, pemantauan harus dilakukan dengan lebih intens.
Kehamilan dapat memengaruhi frekuensi kejang, karena perubahan hormon dan metabolisme dalam tubuh
“Terutama jika yang menderita epilepsi adalah wanita,” imbuh Putri.
Ia menambahkan, beberapa obat antiepilepsi dapat menyebabkan gangguan pada janin.
Oleh karena itu, dokter akan menyesuaikan dosis atau mengganti jenis obat yang lebih aman selama kehamilan.
“Beberapa obat-obatan epilepsi dapat menyebabkan gangguan pada janin, sehingga sebelum merencanakan kehamilan, mungkin dibutuhkan perubahan obat epilepsi pasien,” jelasnya.
Selain itu, wanita dengan epilepsi juga perlu memperhatikan pola hidup sehat.
Pasalnya, dengan menjalani pola hidup yang sehat dapat mengurangi risiko kejang selama kehamilan.
Setelah melahirkan, dokter juga akan memberikan arahan mengenai perawatan bayi.
Jika sang ibu masih harus mengonsumsi obat antiepilepsi saat menyusui, dokter akan memberikan jenis obat yang paling aman bagi bayi.
“Kalau setelah melahirkan, wanita mengonsumsi obat, dokter akan mempertimbangkan jenis obat yang dikonsumsi,” kata Putri.
https://lifestyle.kompas.com/read/2025/03/18/121500820/apakah-penderita-epilepsi-bisa-memiliki-anak-ini-kata-dokter