Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Olla Ramlan Pamer Tato Baru, Apa Alasan Seseorang Memutuskan Bertato?

KOMPAS.com - Artis Olla Ramlan baru-baru ini menyita perhatian lewat unggahan terbarunya. Melalui Instagram, ia membagikan potretnya dengan tato baru yang terletak di lengan atasnya.

"Tidak semua orang bisa menangani bibir yang berani dan wanita yang berani," tulisnya dalam caption.

Meski bukan kali pertama ia menunjukkan tato, penampilannya kali ini memicu beragam komentar warganet, dari yang memuji keberaniannya hingga mempertanyakan alasannya.

Lalu sebenarnya, apa alasan seseorang memutuskan membuat tato di badannya?

Alasan orang memutuskan bertato

Sebuah studi psikologi yang dimuat di Psychology Today mengungkap beragam motivasi orang membuat tato, khususnya pada kalangan muda.

Penelitian yang dilakukan oleh psikolog Luzelle Naudé di Afrika Selatan ini menyebutkan bahwa tato bisa menjadi sarana ekspresi diri, penanda pengalaman hidup, hingga cara untuk menyembuhkan luka emosional.

  • Alasan personal jadi motif utama

Dari survei dan wawancara mendalam terhadap mahasiswa tingkat akhir, ditemukan bahwa hampir separuh responden mempertimbangkan memiliki tato.

Alasan utamanya bukan estetika semata, melainkan karena makna personal yang dalam, seperti mengenang orang terkasih, menandai perjuangan hidup, atau mengekspresikan identitas diri.

  • Tato sebagai bentuk ekspresi diri

Banyak orang melihat tubuh mereka sebagai “kanvas pribadi.” Dalam studi tersebut, beberapa peserta mengatakan bahwa tato mereka mencerminkan siapa diri mereka sebenarnya.

“Tubuh saya adalah buku, dan tato saya adalah ceritanya,” ujar seorang responden, dikutip dari Psychology Today, Selasa (8/7/2025).

  • Cara menghadapi trauma

Mengutip dari The Swaddle, beberapa orang membuat tato sebagai bentuk coping atau proses penyembuhan dari pengalaman menyakitkan.

Tato menjadi medium visual untuk menerima luka, sekaligus simbol kekuatan karena berhasil melewatinya.

Alasan orang menolak tato

Di sisi lain, responden yang tidak memilih bertato cenderung mendasarkannya pada keyakinan agama, nilai-nilai keluarga, atau kekhawatiran terhadap pandangan sosial dan profesional.

Sebagian menyebut tato sebagai bentuk “mengotori tubuh,” terutama jika mengacu pada pandangan spiritual bahwa tubuh adalah "bait suci".

Ada pula yang menolak karena alasan permanensi, rasa takut akan jarum, atau tidak menyukai tampilan tato pada usia tua.

Dalam pandangan mereka, tato bisa dianggap tidak cocok untuk dunia kerja dan menciptakan kesan tidak profesional.

Pandangan bersyarat, tergantung makna dan konteks

Dari penelitian oleh psikolog Luzelle Naudé itu, menariknya, sebagian peserta mengaku bisa menerima tato jika memiliki nilai personal atau dibuat dengan alasan ekspresi diri.

Namun mereka tetap memberi batasan, terutama terkait jumlah, ukuran, dan letaknya. Tato di wajah atau dalam jumlah banyak, misalnya, dianggap berlebihan.

Tato juga dinilai lebih bisa diterima jika dilakukan anak muda. Ketika beranjak tua atau masuk dunia kerja, tato bisa dianggap kurang pantas dan memicu penilaian negatif soal profesionalitas.

https://lifestyle.kompas.com/read/2025/07/09/090100020/olla-ramlan-pamer-tato-baru-apa-alasan-seseorang-memutuskan-bertato-

Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com