Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Perempuan 19 Persen Lebih Berisiko Terkena Cacar Api, Dokter Jelaskan Alasannya

Perempuan disebut memiliki kemungkinan lebih tinggi mengalami infeksi cacar api dibanding laki-laki.

“Ada penelitian bahwa untuk perempuan itu risikonya 19 persen lebih tinggi dibandingkan laki-laki. Salah satu alasannya karena terjadi ketidakseimbangan hormon,” ujar Country Medical Director GSK, dr. Calvin Kwan, dalam Press Conference bersama Duta Kampanye Kesehatan Kenali Cacar Api, Selasa (22/7/2025).

Mengapa perempuan berpotensi lebih tinggi untuk terkena cacar api?

Perubahan hormon memengaruhi sistem imun

Calvin menjelaskan, risiko lebih tinggi pada perempuan berkaitan dengan perubahan hormon, terutama saat memasuki masa premenopause.

Perubahan ini bisa berdampak langsung pada kekuatan sistem kekebalan tubuh yang terus mengalami penurunan.

“Seperti yang kita ketahui, perempuan yang usianya lanjut, biasanya keseimbangan hormonnya terganggu saat premenopause yang bisa mempengaruhi imun,” tuturnya.

Dalam kondisi sistem imun yang mulai melemah, virus varicella-zoster, yang sebelumnya tidak aktif di dalam tubuh, bisa kembali aktif dan menyebabkan cacar api.

Risiko tetap ada pada laki-laki

Meski data menunjukkan perempuan lebih rentan, ia menegaskan, baik laki-laki maupun perempuan tetap berisiko, terutama mereka yang pernah mengalami cacar air di masa kecil dan kini telah memasuki usia lanjut.

“Laki-laki dan perempuan tetap saja akan berisiko, apalagi jika sudah berusia 50 tahun dan pernah terkena cacar air sebelumnya,” jelasnya.

Hal ini karena virus varicella-zoster tidak benar-benar hilang setelah infeksi cacar air sembuh.

Virus tersebut akan tetap berada di dalam tubuh dan bersembunyi di sistem saraf.

Hingga ketika daya tahan tubuh melemah seiring bertambahnya usia, virus tersebut bisa aktif kembali.

“Cacar api ini cukup berbeda dengan penyakit lain, salah satunya karena hampir 90 persen dari kita sudah punya virusnya di dalam tubuh, akibat pernah terinfeksi cacar air,” tambah Calvin.

Imunitas jadi faktor penentu

Menurut Calvin, kunci utama mencegah cacar api terletak pada kekuatan sistem imun.

Ketika tubuh berada dalam kondisi sehat dan bugar, virus varicella-zoster akan tetap tidak aktif.

Sebaliknya, penurunan daya tahan tubuh bisa memicu virus kembali menyerang.

Selain itu, ia mengimbau untuk segera melindungi diri dari vaksinasi cacar api jika sudah memasuki usia 50 tahun.

“Kalau kita lalai, tidak menjaga tubuh dengan baik, sistem imun turun, virus tersebut bisa muncul lagi,” ujarnya.

Oleh karena itu, ia mengimbau masyarakat untuk mulai lebih peduli terhadap kesehatannya, termasuk dengan berkonsultasi pada tenaga medis terkait risiko cacar api dan perlindungan yang dapat dilakukan.

“Jadi pesan-pesan dari saya adalah selalu jaga kesehatan dan konsultasikan dengan dokter Anda mengenai penyakit cacar api ini,” tutup dia.

https://lifestyle.kompas.com/read/2025/07/26/224045220/perempuan-19-persen-lebih-berisiko-terkena-cacar-api-dokter-jelaskan

Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com