Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Wastra Nusantara, Dress Code Resmi Upacara HUT ke-80 RI di Istana

Pemerintah melalui Surat Edaran Menteri Sekretaris Negara Nomor B-25/M/S/TU.00.03/08/2025 menetapkan wastra Nusantara sebagai dress code resmi untuk upacara Detik-detik Proklamasi maupun Penurunan Bendera pada 17 Agustus 2025.

Kebijakan ini sekaligus menjadi ajakan untuk merayakan kemerdekaan melalui warisan budaya, menghadirkan kembali kain-kain tradisional dari berbagai daerah sebagai simbol persatuan dan kebanggaan nasional.

Apa itu wastra Nusantara?

Mengacu pada Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), wastra adalah kain tradisional yang mengandung makna dan simbol tertentu, baik dari warna, motif, maupun teknik pembuatannya. Nusantara merujuk pada seluruh wilayah kepulauan Indonesia.

Dalam buku “Lebih Dekat dengan Wastra Indonesia” terbitan Direktorat Pelindungan Kebudayaan Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (2021), wastra dijelaskan sebagai warisan budaya tak benda yang merepresentasikan identitas suatu daerah.

Kain-kain seperti batik, songket, ulos, tenun ikat, sasirangan, tapis, gringsing, hingga besurek tidak hanya memiliki nilai estetis, tetapi juga menyimpan filosofi mendalam yang diwariskan turun-temurun.

Ragam dan makna wastra Nusantara

Setiap daerah memiliki wastra dengan ciri dan makna yang berbeda.

Batik motif kawung misalnya, menggambarkan filosofi keseimbangan hidup dan kebijaksanaan.

Ulos dari Sumatera Utara menjadi simbol kasih sayang dan restu dalam adat Batak.

Di Bali, kain gringsing dipercaya memberi perlindungan dari energi negatif, sementara tenun Sumba kerap memuat motif kuda sebagai lambang kekuatan dan status sosial.

Filosofi ini membuat wastra tidak sekadar kain penutup tubuh, melainkan sarana komunikasi nilai, sejarah, dan identitas masyarakatnya.

Pilihan gaya wastra Nusantara

Bagi tamu upacara atau masyarakat yang ingin ikut meramaikan, pilihan gaya bisa disesuaikan dengan karakter pribadi sekaligus menghormati nilai budaya kain:

  • Batik formal: Cocok untuk suasana kenegaraan, seperti batik tulis motif sido mukti dengan potongan kebaya atau beskap.
  • Tenun ikat modern: Padu padan tenun Flores atau Sumba dengan atasan polos dan aksesori sederhana memberi kesan elegan namun santai.
  • Songket glamor: Pilihan tepat untuk acara malam atau resepsi kenegaraan, bisa dibuat rok lilit atau selendang.
  • Gaya kontemporer: Mengubah kain menjadi outer, cape, atau celana kulot, memadukan nilai tradisi dengan estetika kekinian.

Kuncinya adalah menjaga kesopanan, kenyamanan, dan tidak mengubah esensi motif maupun cara pemakaian yang bertentangan dengan adat asalnya.

Wastra jadi simbol persatuan

Dalam konteks peringatan kemerdekaan, penggunaan wastra nusantara memuat pesan kuat, meski berasal dari daerah yang berbeda, setiap kain menyatu dalam satu narasi besar bernama Indonesia.

Melalui setiap lipatan kain batik, helai tenun, atau sulam songket, tersimpan cerita tentang tanah, manusia, dan nilai yang membentuk identitas bangsa.

https://lifestyle.kompas.com/read/2025/08/14/193000920/wastra-nusantara-dress-code-resmi-upacara-hut-ke-80-ri-di-istana

Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com