Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Brand Lokal Ini Tanam Sendiri Bahan dan Pewarna Pakaian, Terapkan Fashion Berkelanjutan

JAKARTA, KOMPAS.com - SukkhaCitta dikenal menanam sendiri bahan baku dan pewarna alami pakaian-pakaiannya, sesuai dengan konsep yang diusung yaitu fesyen berkelanjutan.

Namun, penanaman yang dilakukan tidak sembarangan. Mereka menerapkan sistem tanam tumpang sari yang selaras dengan filosofi mereka yakni berkelanjutan.

“Kami menanam kapas secara tumpang sari karena itu sebenarnya cara tanam yang menyembuhkan,” ucap Creative Director SukkhaCitta, Anastasia Setiobudi kepada Kompas.com di toko SukkhaCitta di  ASHTA District 8, Jakarta Selatan, Rabu (27/8/2025).

SukkhaCitta menanam bahan dan pewarna alami pakaiannya

Menggunakan sistem penanaman tumpang sari, apa itu?

Anastasia menambahkan, petani kapas di Indonesia sudah berkurang cukup signifikan. Untuk memantik semangat agar para petani kembali melirik kapas, pihaknya menerapkan sistem tanam tumpang sari.

Adapun tumpang sari adalah sistem tanam yang menempatkan dua atau lebih tanaman dalam satu lahan dan waktu yang sama. Salah satu tanaman menjadi tanaman utama, sedangkan sisanya menjadi tanaman pendamping.

Tujuan dari tumpang sari adalah untuk lebih mengoptimalkan penggunaan lahan, dan memperoleh hasil panen yang lebih beragam.

“Kenapa itu sebenarnya cara tanam yang menyembuhkan? Karena, kalau menanamnya secara monokultur saja, satu jenis tanaman saja, itu sebenarnya sangat merusak tanah. Unsur haranya sudah enggak ada lagi,” terang Anastasia.

Selama melakukan research and development (riset dan pengembangan) terkait penanaman tanaman kapas secara tumpang sari, pihak SukkhaCitta mengambil sampel tanah sebelum dan setelah menerapkan sistem tanam itu.

“Setelah ditanam (secara tumpang sari), tanahnya jadi lebih menyerap banyak karbondioksida karena sistem alamnya berfungsi. Ada cabai sebagai pestisida, dan pohon besar kayak pohon pisang atau kelapa sebagai shading. Jadi mereka saling merawat,” jelas Anastasia.

Pewarna alami dari tanaman

Untuk kapas, mereka menggunakannya sebagai bahan baku pakaian untuk ditenun menggunakan teknik menenun ATBM oleh para ibu dari lima desa di Indonesia yang bekerja sama dengan SukkhaCitta.

Sementara itu, tanaman lainnya yang juga ditanam secara tumpang sari, dimanfaatkan sebagai pewarna alami pakaian.

Salah satu koleksi terbaru yang dihasilkan dari sistem tanam tumpang sari ini adalah PERTIWI: A Modern Heritage Edit. Koleksi ini menggabungkan tiga jenis pakaian yang kental akan budaya Nusantara yaitu beskap, kebaya, dan kain.

“Kami ingin petani-petani Indonesia ikutan mengadopsi, dengan melihat bahwa kita masih bisa lho menanam secara tumpang sari kayak leluhur kita dulu. Itu masih bermanfaat untuk mereka, dan untuk planet kita,” jelas Anastasia.

SukkhaCitta meluncurkan koleksi terbaru mereka yang juga disebut sebagai PERTIWI: Edit pada Rabu. Koleksi terdiri dari tiga warna yaitu putih, serta merah “Tree Bark Red” dan coklat krem “Heirloom Brown” khas SukkhaCitta.

Anastasia mengatakan, ada warna yang menjadi “anak emas” dari "a farm to closet" brand ini.

“Warna merah ini sebenarnya warna yang spesial banget. Karena kami pakai 100 persen pewarna alami, jadi semuanya datang dari tanaman. Untuk mendapatkan warna merah itu sebenarnya susah banget,” jelas Anastasia.

Pihaknya harus melakukan riset selama bertahun-tahun untuk mendapatkan warna merah pada PERTIWI Edit ini.

Warna merah yang diinginkan berhasil didapatkan setelah mengombinasikan tiga jenis kulit kayu. Inilah mengapa warna tersebut dinamai “Tree Bark Red”.

“Warna yang aku pakai dari kulit kayu, ini semuanya bukan hasil dari deforestasi. Kami bekerja sama dengan pabrik furnitur di sekitar desa. Kulit kayu biasanya enggak dipakai, jadi itu yang kami ambil,” tutur Anastasia.

Sementara untuk “Heirloom Brown”, warna coklat krem merupakan warna asli dari bunga kapas yang digunakan untuk menciptakan pakaian tersebut.

Saat ini, SukkhaCitta bekerja sama dengan lima desa di Indonesia. Dua desa berlokasi di Jawa Tengah, tepatnya di dekat Ambarawa dan Pekalongan. Kemudian di Jawa Timur, Bali, dan Flores, Nusa Tenggara Timur.

https://lifestyle.kompas.com/read/2025/08/29/173500320/brand-lokal-ini-tanam-sendiri-bahan-dan-pewarna-pakaian-terapkan-fashion

Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com