Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Kenapa Cuaca Hujan Sering Bikin Ngantuk? Ini Penjelasan Psikiater

Terlebih, akhir-akhir ini cuaca semakin tak menentu.

Dari panas menyengat di siang hari, namun menjelang sore hingga malam hujan deras mengguyur beberapa wilayah.

Mengapa cuaca hujan sering membuat mengantuk?

Psikiater dr. Hilda Marsela, Sp.KJ menjelaskan bahwa kondisi cuaca memengaruhi ritme biologis tubuh dan kerja otak.

Hujan bukan hanya menurunkan suhu udara, tetapi juga mengubah cahaya dan tekanan lingkungan yang berperan penting dalam mengatur energi serta tingkat kewaspadaan seseorang.

“Saat hujan, langit lebih gelap dan kadar cahaya berkurang. Itu membuat produksi hormon melatonin meningkat, yaitu hormon yang memicu rasa kantuk,” ujar dr. Hilda kepada Kompas.com, Kamis (23/10/2025).

Cahaya redup tingkatkan hormon kantuk

Lebih lanjut, dr. Hilda menjelaskan bahwa cahaya memiliki peran besar dalam mengatur circadian rhythm atau jam biologis tubuh.

Ketika sinar matahari berkurang, tubuh menafsirkan bahwa waktu istirahat sudah dekat.

Menurut dr. Hilda, hal ini mirip seperti saat malam hari.

Cahaya redup memberi sinyal ke otak untuk menghasilkan lebih banyak melatonin dan mengurangi serotonin, zat kimia otak yang menjaga semangat dan mood tetap stabil.

“Akibatnya, orang jadi merasa lebih rileks, tenang, dan akhirnya mengantuk,” jelasnya.

Udara sejuk dan tekanan rendah buat tubuh “malas” bergerak

Selain faktor cahaya, perubahan tekanan udara saat hujan juga memengaruhi fisiologi tubuh.

Tekanan udara yang lebih rendah dapat menurunkan kadar oksigen di udara.

Tubuh pun menjadi sedikit lebih lambat dalam beradaptasi, membuat kita merasa lesu dan ingin beristirahat.

“Udara dingin juga memicu tubuh untuk menghemat energi. Itulah kenapa saat hujan, kita lebih memilih diam di tempat, berselimut, dan enggan beraktivitas,” kata dr. Hilda.

Bagi sebagian orang, suara rintik hujan yang ritmis juga bisa memicu respons relaksasi pada sistem saraf parasimpatik, bagian sistem saraf yang membuat tubuh tenang dan siap tidur.

Hubungan suasana hati dan cuaca

Rasa kantuk di musim hujan sering disertai perasaan tenang atau bahkan sedikit melankolis.

Menurut dr. Hilda, suasana seperti ini wajar karena aktivitas otak menurun seiring turunnya stimulasi dari luar.

“Ketika tidak ada banyak cahaya dan aktivitas sosial menurun, otak menurunkan kewaspadaan. Itu yang membuat kita cenderung ingin diam dan istirahat,” ujarnya.

Tips agar tetap segar saat hujan

Agar tidak terus-menerus merasa mengantuk saat hujan, dr. Hilda menyarankan beberapa langkah sederhana:

  • Gunakan pencahayaan cukup di dalam ruangan.

Nyalakan lampu agar otak tetap mendapat sinyal “aktif”.

  • Lakukan aktivitas ringan.

Peregangan atau berjalan singkat bisa meningkatkan sirkulasi darah dan energi.

  • Atur jadwal tidur.

Tidur cukup di malam hari agar rasa kantuk siang hari tidak berlebihan.

“Perubahan cuaca yang tidak menentu membuat tubuh seolah ‘bingung’ karena tidak punya pola yang bisa diikuti,” ujar dr. Hilda.

“Kondisi ini membuat tubuh bekerja lebih keras untuk beradaptasi, sehingga terasa cepat lelah. Cuaca yang berubah-ubah juga bisa memengaruhi proses biologis tubuh dan pada akhirnya berdampak pada suasana hati,” lanjutnya.

Jadi, kalau mata mulai terasa berat saat hujan turun, jangan heran, ya.

Tubuh hanya sedang menyesuaikan diri dengan cuaca.

https://lifestyle.kompas.com/read/2025/10/24/120609420/kenapa-cuaca-hujan-sering-bikin-ngantuk-ini-penjelasan-psikiater

Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com