Salah satunya adalah rage bait, istilah yang baru saja dinobatkan sebagai Oxford Word of the Year 2025.
Istilah ini lahir dari dinamika bahasa yang hidup di media sosial, mulai dari TikTok, YouTube, hingga forum online.
Oxford University Press (OUP), lembaga di balik Oxford English Dictionary, memilih Word of the Year untuk mencerminkan kata atau ungkapan yang paling menggambarkan suasana kultural suatu periode.
Istilah rage bait pemenang Oxford Word of the Year
Menurut laporan dari BBC, rage bait ditetapkan sebagai Word of the Year 2025 karena meningkatnya fenomena konten daring yang sengaja memicu kemarahan publik agar mendapatkan like, komentar, dan jangkauan lebih besar.
Praktik ini dinilai mencerminkan dinamika media sosial yang kini semakin sensasional dan sarat emosi.
"Fakta bahwa kata rage bait ada dan penggunaannya meningkat drastis menunjukkan bahwa kita semakin sadar akan taktik manipulasi yang dapat menjebak kita di dunia maya," kata Casper Grathwohl, presiden Oxford Languages, dikutip dari BBC, Rabu (3/12/2025).
Istilah ini lazim digunakan di kalangan Gen Z dan Gen Alpha, terutama di platform seperti TikTok dan X, untuk mendeskripsikan video atau unggahan yang memancing reaksi keras.
"Rasanya seperti perkembangan alami dalam percakapan berkelanjutan tentang apa artinya menjadi manusia di dunia yang digerakkan oleh teknologi - dan budaya daring yang ekstrem," tambah Casper Grathwohl.
Fenomena tersebut dianggap tepat menggambarkan pola konsumsi digital saat ini, cepat, emosional, dan penuh pemicu perdebatan.
Sebelumnya ada brain rot hingga rizz
Sebelum rage bait, sejumlah istilah yang dekat dengan kultur digital telah lebih dulu memenangkan Oxford Word of the Year:
Menurut laporan The Washington Post, istilah ini menggambarkan kondisi ketika seseorang terlalu banyak mengonsumsi konten hiburan dangkal, sehingga merusak fokus dan kapasitas mental.
Istilah ini populer di TikTok, terutama di komunitas Gen Alpha yang kerap menggunakannya untuk menandai obsesi terhadap konten tertentu.
Laporan Time menyebutkan bahwa rizz berarti karisma atau pesona seseorang, khususnya dalam konteks interaksi sosial dan hubungan romantis.
Istilah ini melonjak setelah viral di media sosial dan diucapkan oleh sejumlah kreator serta selebritas.
Ungkapan yang menggambarkan perilaku santai, cuek, dan “apa adanya” tanpa peduli penilaian orang lain.
Istilah ini mendominasi budaya internet pascapandemi.
Semua pemenang tersebut menggambarkan cara berbahasa generasi muda yang luwes, spontan, dan kuat dipengaruhi media sosial.
Nah, di tahun 2025 ini istilah rage bait adalah pemenangnya.
Selain itu ada juga 2 istilah lain yang menjadi nominasi Oxford Word of the Year, yaitu aura farming dan biohack.
Aura Farming jadi nominasi Oxford Word of the Year
Istilah aura farming merupakan salah satu ungkapan yang banyak digunakan di komunitas Gen Alpha.
Kata ini merujuk pada upaya membangun citra diri secara digital, melalui media sosial atau konten kreatif, untuk membentuk kesan tertentu tentang karakter atau vibes seseorang.
Walaupun tidak memenangkan penghargaan, masuknya aura farming sebagai salah satu nominasi Oxford Word of the Year menunjukkan perhatian global terhadap bahasa yang tumbuh dari generasi muda.
Di Indonesia sendiri, istilah ini sempat menjadi perbincangan luas. Pemicunya adalah viralnya fenomena Pacu Jalur beberapa bulan lalu.
Tarian anak-anak yang berdiri di ujung perahu balap di Riau, termasuk yang dilakukan Rayyan Arkan Dikha menjadi inspirasi dan kemudian ditiru sejumlah figur publik.
Dari situ, istilah aura farming makin sering dipakai oleh Gen Z dan Gen Alpha untuk menggambarkan aksi atau gaya yang tampak berkarisma tanpa perlu banyak usaha atau persiapan.
Makna biohack
Sementara itu, biohack adalah istilah yang menggambarkan berbagai cara untuk meningkatkan performa tubuh dan pikiran, memperbaiki kesehatan, hingga mendukung umur panjang.
Praktiknya bisa berupa perubahan pola makan, penyesuaian rutinitas olahraga, atau penerapan gaya hidup tertentu.
Sebagian orang juga menambahkan bantuan lain, mulai dari suplemen, obat-obatan, hingga perangkat teknologi, untuk mengoptimalkan proses tersebut.
Kenapa banyak istilah Gen Alpha?
Gen Alpha, yang tumbuh bersama smartphone, secara alami menciptakan dan menyebarkan istilah baru jauh lebih cepat dibanding generasi sebelumnya.
Kultur digital kini lebih dominan dibanding media arus utama.
Sehingga, banyak istilah populer lahir dari meme, video singkat, hingga pola komunikasi fandom.
Karena itu, tak mengherankan jika istilah yang menang Word of the Year dalam beberapa tahun terakhir erat kaitannya dengan kebiasaan berinternet generasi muda.
Bahasa yang terus berevolusi
Meski istilah seperti skibidi, sigma, atau delulu belum pernah memenangkan Oxford Word of the Year, sejumlah kata tersebut ada dalam kamus internasional lain, seperti Cambridge Dictionary.
Bagi mereka yang berharap bahwa neologisme semacam itu akan menjadi kegilaan internet yang berlalu, para penyusun kamus mengatakan bahwa mereka akan tetap tinggal di sini.
"Budaya internet mengubah bahasa Inggris dan efeknya menarik untuk diamati dan ditangkap dalam kamus," kata manajer program leksikalnya, Colin McIntosh, dikutip dari The Guardian.
“Tidak setiap hari Anda bisa melihat kata-kata seperti 'skibidi' dan 'delulu' masuk ke dalam Kamus Cambridge. Kami hanya menambahkan kata-kata di mana kami pikir mereka akan memiliki daya tahan," imbuhnya.
https://lifestyle.kompas.com/read/2025/12/04/073500320/istilah-gen-alpha-yang-menang-oxford-word-of-the-year-terbaru-rage-bait-