Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Balada Mesin Penyambung Napas

Kompas.com - 15/01/2008, 16:11 WIB

Menurut Kepala Ruang Perawatan Intensif (ICU) Rumah Sakit Pusat Pertamina dr Herry Mardani, agar ventilator bekerja maksimal, pasien diberi obat tidur. Jadi, pernapasan pasien mengikuti ritme mesin.

Risiko

Meskipun berfungsi untuk mempertahankan kelangsungan hidup, demikian Admar, ventilator juga menimbulkan risiko. Pertama, infeksi karena ada lendir yang mengumpul di endotracheal tube dan menjadi tempat berkembang biaknya kuman penyakit. Oleh karena itu, pipa tersebut harus diganti sedikitnya seminggu sekali. Kedua, risiko paru-paru rusak jika tekanan gas terlalu kuat, sementara paru-paru dalam kondisi rapuh. Untuk mencegah hal itu, tekanan diatur sekitar 30 mmHg, maksimal 40 mmHg.

Ketika kondisi pasien mulai normal, kerja ventilator dikurangi secara bertahap sehingga meningkatkan jumlah penapasan spontan pasien.

"Jumlah oksigen dalam udara adalah 21 persen. Jika analisis gas darah pasien menunjukkan kondisi normal pada pemberian oksigen 30 persen, ventilator bisa dicabut dan pasien bisa bernapas biasa," tutur Admar.

Saat ini ventilator menjadi peralatan standar untuk ruang perawatan intensif (intensive care unit/ICU) di rumah sakit. Juga pada ruang operasi untuk pasien yang dianestesi.

Harga ventilator digital Rp 300 juta sampai Rp 450 juta sesuai dengan kecanggihannya. Produk yang umum dipakai di Indonesia berasal dari Jerman, Amerika Serikat, atau Jepang.

Apakah ventilator selalu bisa membantu pernapasan pasien? Ternyata tidak juga. Menurut Admar, jika alveoli pada paru-paru sama sekali sudah tidak bisa berfungsi, yaitu ketika kondisi pasien sudah sangat memburuk, pemompaan oksigen ke dalam paru-paru tidak ada gunanya lagi. Pada saat itulah ventilator bisa dicabut. (LKS/ATK)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com