Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Lempuyang Gempur Radang Tenggorokan

Kompas.com - 11/03/2008, 03:22 WIB

SATU-SATUNYA kekhawatiran Bu Lastri ketika putranya harus masuk asrama di sebuah SMA adalah radang tenggorokan yang acap mengganggu. Kalau daya tahan anak tersebut sedang kurang bagus, misalnya sedang lelah karena banyak kegiatan, minum air es sedikit saja tenggorokan akan langsung meradang.

Pada saat seperti itu, amandel akan membengkak, tenggorokan memerah, dan terasa sakit bila digunakan untuk menelan. “Kalau sudah begitu, harus cepat-cepat minta antibiotik supaya tidak memburuk,” ungkap Bu Lastri. 

Benar saja. Belum genap empat bulan di asrama, putra Bu Lastri sudah dua kali terkena radang tenggorokan. Meski beberapa resep praktis, semisal berkumur air garam, sudah dicoba, tetap saja obat antibiotik harus diberikan guna menyembuhkannya. “Banyak yang menyarankan untuk operasi amandel supaya gangguan itu tidak berulang kali datang,” tutur Bu Lastri.

Sore itu Bu Lastri berniat membawa putranya ke dokter karena radang tenggorokan kembali menyerang. Sambil menunggu jam buka praktik setelah menjemput putranya dari asrama, Bu Lastri mampir ke rumah Bu Hadi, temannya semasa SMA. “Wualaaaah …, kalau cuma radang tenggorokan saja mbok dikasih lempuyang. Ndak perlu antibiotik,” seru Bu Hadi menyambut dan menanggapi penuturan sahabatnya.

Menurut Bu Hadi, sebelumnya ia juga punya pengalaman yang sama. Putra-putrinya berulangkali terganggu oleh radang tenggorokan. Bosan belanja obat antibiotika, ia lalu minta nasihat ibunya, sehingga muncullah kata lempuyang yang semula belum pernah ia lihat wujud dan bentuknya. “Sekarang anak-anak saya mau menimun es krim berapa banyak juga ndak masalah,” tutur Bu Hadi.

Cara Penyajian    
Tidak terlalu rumit untuk mengolah lempuyang yang mudah didapat di pasar itu sehingga siap disajikan sebagai obat. “Cukup ambil sepotong lempuyang seukuran ibu jari orang dewasa lalu digepuk atau dikeprek, rebus dengan air sebanyak tiga gelas. Tunggu sampai air tinggal satu gelas, lalu glek-glek, diminum sampai habis. Minum rebusan lempuyang itu sampai tujuh hari berturut-turut. Untuk menambah rasa, boleh campurkan madu satu sendok setiap kali minum,” papar Bu Hadi.

Mencermati nasihat sesederhana itu, Bu Lastri langsung mencobanya. Ia tidak merasa perlu bertanya mengapa lempuyangnya harus digepuk atau dikeprek dan tidak dipotong-potong atau dicincang sampai lembut. Ketika libur sekolah dan anaknya boleh keluar dari asrama, ia membuat minuman dengan resep persis seperti yang diutarakan Bu Hadi. Kemudian setiap hari selama tujuh hari terus-menerus anaknya ia bujuk untuk meminum air rebusan lempuyang tersebut.

“Syukur, sampai enam bulan ini tenggorokan anak saya nyaman-nyaman saja. Hidungnya juga tidak sering mampat. Padahal sebelumnya, setidaknya tiga bulan sekali gangguan radang tenggorokan itu selalu datang. Gangguan itu sering pula diikuti dengan mampatnya hidung, sehingga pernapasan pun ikut terganggu,” ungkap Bu Lastri.

Selain saran untuk operasi amandel, Bu Lastri juga sering mendengar kalimat penghibur kalau gangguan radang tenggorokan sebagaimana dialami putranya sebenarnya akan hilang dengan sendirinya begitu putranya menginjak usia remaja. Namun, Bu Lastri tetap khawatir karena meski sudah masuk SMA, gangguan seperti itu masih saja selalu mendatangi putranya.

Ia memperoleh keterangan, bila sampai dua bulan sekali gangguan itu datang, mau tidak mau amandel anak tersebut harus dioperasi. Karena itu, ia pun sudah bersiap membawa putranya ke rumah sakit untuk operasi amandel sebelum resep dari Bu Hadi diterimanya. “Ya, moga-moga saja tidak kambuh lagi sebagaimana putra-putri Bu Hadi,” ucap Bu Lastri.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com