Ambil contoh yang sederhana saja. Anda terbiasa membeli DVD sampai 10 judul karena berharap bisa menontonnya secara maraton saat weekend nanti. Ternyata, saat weekend Anda harus berkunjung ke rumah mertua, ada undangan pernikahan, atau Anda ingin ke mal bertemu teman-teman. DVD pun menumpuk terus sampai ada film-film baru, dan Anda membeli lagi 10 DVD untuk mengejar ketinggalan. Bagaimana kalau Anda meminjam saja dari teman, atau menyewa dari rental DVD? Menurut Lois Smith, inilah strategi terbaik jika Anda hanya akan menggunakan suatu barang sekali saja, atau untuk waktu yang pendek.
Apakah saya harus berbelanja di supermarket atau department store?
Jika tukang sayur lewat di depan rumah Anda setiap hari, untuk apa berbelanja di supermarket atau hypermarket? Harganya akan menjadi berkali-kali lipat. Atau, Anda ingin mengganti sol sepatu Anda yang mulai habis terkikis aspal, panggil aja tukang sol sepatu. Ongkosnya jauh lebih murah daripada jika Anda membawa sepatu Anda di tempat reparasi sepatu berlisensi yang ada di mal. Untuk barang-barang lain, Anda juga bisa shopping di tempat-tempat yang memungkinkan terjadinya tawar-menawar harga.
Apakah ini barang yang sudah direncanakan, atau Anda mendadak ingin membelinya?
Impulse buying biasanya diakibatkan taktik sales yang membuat Anda berpikir bahwa Anda akan kehilangan benda terbaik di dunia ini jika tidak membelinya. Belanja yang direncanakan harus menjadi tujuan Anda sekarang. Jika Anda mendapat tekanan untuk berbelanja (seperti saat ada great sale), segeralah beranjak dari tempat dimana benda tersebut dipajang. Anda juga bisa menerapkan trik ini: cobalah pakaian yang Anda incar tersebut, lalu serahkan pada sang pramuniaga seolah Anda siap membayarnya di kasir. Setelah itu, silakan langsung keluar dari ruangan tersebut. Tahu tidak, kepuasan yang Anda dapatkan bukan pada barang yang berhasil Anda beli, namun pada kemampuan Anda untuk tidak membeli barang tersebut.