Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pengoperasian BRT Dipaksakan

Kompas.com, 27 April 2009, 21:09 WIB

SEMARANG, KOMPAS.com — Pengoperasian bus rapid transit atau BRT pada saat hari jadi Kota Semarang tanggal 2 Mei mendatang terlalu dipaksakan. Pasalnya, kesiapan sarana transportasi massal tersebut belum memenuhi standar pelayanan minimal.

Anggota Komisi C Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kota Semarang, Agung Budi Margono, Senin (27/4), mengatakan, pengoperasian BRT belum memenuhi standar kelayakan untuk dipaksakan beroperasi pada 2 Mei mendatang. Hal ini ditunjukkan dengan ketidaksiapan infrastruktur pendukung, seperti belum dibuatnya marka jalan, pemasangan rambu yang belum selesai, dan tidak adanya mesin penjual tiket.

Menurut Agung, dipaksakannya pengoperasian tersebut memperlihatkan ketidakseriusan Pemkot Semarang untuk memberikan pelayanan publik yang sesuai harapan masyarakat.

"Pemkot bisa saja tetap mengoperasikan BRT, tetapi akhirnya ala kadarnya. Tidak memerhatikan aspek kenyamanan dan keselamatan penumpang," kata Agung.

Padahal, Dinas Perhubungan, Komunikasi, dan Informasi Kota Semarang telah memastikan dapat memenuhi berbagai aspek tersebut ketika BRT dioperasikan. Seminggu menjelang pengoperasian, tidak terlihat tanda-tanda adanya pembuatan marka dan pemasangan mesin tiket. Yang terlihat hanya pemasangan rambu di beberapa shelter.

Pengamat Transportasi dari Universitas Katolik Soegijapranata, Djoko Setijowarno, menilai, diteruskannya pengoperasian BRT hanya akan menyulitkan pihak kepolisian karena tidak adanya marka dan rambu jalan sehingga berpotensi membuat jalanan macet. Hal ini menunjukkan ketidakseriusan pemerintah dalam mengelola transportasi massal di Kota Semarang.

"Beginilah jadinya kalau pejabat tidak pernah menggunakan angkutan umum, tidak pernah merasakan kesulitan masyarakat bawah," ujar Joko.

Kepala Dinas Perhubungan, Komunikasi, dan Informasi Kota Semarang Andi Agus Wandono mengakui, pengoperasian BRT pada 2 Mei mendatang memang belum ideal sesuai dengan yang diharapkan. "Namun, apa salahnya diuji coba dulu. Nanti akan kita evaluasi pengoperasiannya," ujarnya.

Menurut Andi, pengoperasian BRT masih terkendala olehnya besarnya biaya operasional. Pembentukan konsorsium hanya melibatkan delapan pengusaha angkutan. "Perekrutan pekerja penjaga tiket akan menambah beban biaya. Jika pada saat evaluasi pemasukannya tidak menutup biaya operasional, maka akan diberhentikan dulu programnya," ucap Andi.

Dalam peluncuran perdananya, Andi mengakui, BRT tidak akan menggunakan mesin tiket dan marka jalan. Penumpang akan membeli tiket secara manual melalui kondektur. Hingga kini, Pemkot telah merekrut 40 pengemudi dan kondektur untuk mengoperasikan 20 bus.

Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme. Berikan apresiasi sekarang



Terkini Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau