Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kontrol Asma dengan Terapi Kombinasi

Kompas.com - 04/06/2009, 21:29 WIB

JAKARTA, KOMPAS.com - Sekitar 12 juta penduduk di Tanah Air menderita asma. Ketika asma tidak terkontrol, serangan penyakit itu dapat membatasi aktivitas penderitanya, bahkan berakibat fatal. Karena itu, pengobatan bagi pasien asma sebaiknya tidak hanya mengatasi gejala tapi juga mengontrol asma disertai olah raga secara teratur.

Menurut Ketua Dewan Asma Indonesia Prof Faisal Yunus, dalam temu wartawan, Kamis (4/6), di Jakarta, saat ini lebih dari 90 persen kasus asma di Indonesia tidak terkontrol. Kondisi ini terjadi karena kurangnya edukasi dan pemahaman pasien tentang terapi asma, ketergantungan pada obat pelega pernapasan, rendahnya kepatuhan pada terapi pemeliharaan.

Asma tidak terkontrol ditandai munculnya tiga atau lebih gambaran asma terkontrol sebagian yaitu mengalami gejala asma di pagi dan siang hari lebih dari dua kali seminggu seperti sesak napas, dada terasa berat dan batuk. Penderita terbangun tengah malam karena asma, aktivitas terbatas, fungsi paru di bawah normal, perlu obat pelega pernapasan lebih dari dua kali dalam seminggu.

Karena asma adalah kondisi kronis, penderitanya membutuhkan penanganan jangka panjang dan terapi pengobatan. Jadi, pasien asma perlu obat untuk mengatasi serangan atau sebagai pelega yang dapat digunakan sehari-hari dan pengobatan untuk mengendalikan peradangan pada saluran pernapasan dan mencegah timbulnya gejala serta serangan asma sejak awal.

"Namun, saat ini perhatian masyarakat lebih ditujukan kepada bagaimana mengatasi serangan, meskipun obat pelega hanya mengobati serangan sesaat saja. Pada kenyataannya, peradangan pada bronkus dapat memicu kembali timbulnya serangan yang menyebabkan serangan asma dapat terjadi berulang kali. Hal ini bisa menurunkan kualitas hidup penderita," ujarnya.

Atas dasar itu, Inisiatif Global untuk Asma (Global Initiative for Asthma/GINA) mengeluarkan panduan tahun 2008 mengenai penatalaksanaan asma secara total lewat terapi kombinasi pemeliharaan dan pelega dalam satu tabung inhaler untuk melegakan pernapasan sekaligus mengatasi peradangan. "Terapi inhalasi relatif tidak ada efek samping. Hal ini berbeda dengan obat oral yang memiliki banyak efek samping," kata Faisal.

Namun harga obat kombinasi pemeliharaan dan pelega dalam satu kemasan masih relatif mahal. Untuk meningkatkan akses pasien terhadap pengobatan ini, Ketua Yayasan Asma Indonesia Retno Ramansaman menyatakan pihaknya telah mendirikan apotik asma. Jadi, penderita asma bisa membeli obat-obatan asma tersebut dengan harga lebih murah daripada yang dijual di pasaran.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com