Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Orang Tak Peduli Bahaya Rokok

Kompas.com - 10/07/2009, 09:23 WIB

Gambar di bungkus rokok

Melawan industri rokok dengan membalas memasang iklan bahaya rokok jelas tak mungkin. Jika ingin menyelamatkan bangsa, terutama generasi muda, yang paling masuk akal dan paling mungkin dilakukan adalah mengontrol industri rokok dan menerapkan aturan-aturan yang termaktub dalam Framework Convention on Tobacco Control.

Salah satunya adalah dengan memasang gambar-gambar penyakit akibat rokok di bungkus rokok. Bukan sekadar peringatan berukuran kecil dan nyaris diabaikan perokok karena tidak ada efek jera.

Pictorial graphic warning atau peringatan dengan gambar di bungkus rokok terbilang efektif. Efektif karena menjangkau segala lapisan, ada efek repetitif karena akan dilihat 5.800-7.000 kali per tahun oleh perokok yang merokok satu bungkus per hari.

Selain itu, pemerintah juga tidak perlu mengeluarkan biaya, gambarnya pun jelas, kuat, dan besar, lebih dari sejuta peringatan dengan kata-kata, kata Widyastuti Soerojo dari TCSC-IAKMI.

Peringatan dengan gambar terbukti efektif di beberapa negara, seperti di Kanada sebanyak 44 persen perokok ingin berhenti, 58 persen perokok mulai memikirkan bahaya konsumsi rokok, 35 persen perokok pengetahuannya akan bahaya rokok meningkat, dan 17 persen perokok menyembunyikan bungkusnya karena tidak ingin orang lain melihat gambar peringatan tersebut.

Di Singapura, 47 persen perokok menjadi lebih jarang merokok, 57 persen perokok mulai berpikir tentang dampak kesehatan, 71 persen perokok pengetahuannya meningkat, 25 persen perokok termotivasi untuk berhenti, 28 persen perokok mengurangi jumlah rokok yang diisap, 14 persen perokok tidak merokok di depan anak-anak, 12 persen perokok tidak merokok di depan perempuan hamil, dan 8 persen perokok mengurangi rokok ketika di rumah.

Di Thailand, 92 persen perokok ingin berhenti merokok, 62 persen perokok mengurangi rokok, 20 persen perokok mencoba berhenti merokok, dan 25 persen perokok tetap merokok dengan jumlah yang sama.

Di Brasil, 54 persen perokok berubah sikap tentang dampak merokok setelah melihat gambar di bungkus rokok dan 67 persen perokok ingin berhenti merokok. Dampak lebih besar pada kelompok pendidikan dan pendapatan rendah.

Yang memprihatinkan, rokok produksi Indonesia yang diekspor ke luar negeri, seperti Singapura, Thailand, Malaysia, dan Brunei, telah ditempeli gambar-gambar penyakit akibat rokok. Namun, rokok yang sama beredar di Indonesia tanpa ditempeli gambar-gambar penyakit akibat rokok.

Hal itu bisa diartikan, industri rokok patuh kepada pemerintah negeri tetangga. Jika demikian, kenapa tidak diberlakukan aturan yang sama untuk bungkus rokok yang beredar di Indonesia? Tidak ada alasan untuk tidak melaksanakan ketentuan internasional tersebut.

Awalnya memang sulit, tapi Pemerintah Hongkong akhirnya berhasil melaksanakan aturan-aturan internasional itu, kata Dr Homer dari Tobacco Control Legislation di Hongkong.

Berkaca dari pengalaman negeri tetangga, Pemerintah Indonesia sudah saatnya mulai mencicil melaksanakan aturan-aturan internasional tentang pengendalian dampak tembakau. Setidaknya, dengan memberlakukan peringatan dengan gambar di bungkus rokok.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com