Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Eksotisme Tas Kulit Ular

Kompas.com - 05/04/2010, 08:05 WIB

Prosesnya memang cukup rumit. Untuk menghasilkan bahan kulit yang lentur, bersih, bebas lemak, dan tidak amis, dilakukan perendaman berulang-ulang dengan bahan kimia tertentu.

Setelah itu, kulit diwarnai sesuai dengan selera dan digilas mesin khusus untuk membuat kulit terlihat mengilap. Barulah kulit kemudian dijahit menjadi tas yang cantik dan terlihat eksotis.

Modifikasi dengan batik

Selain tas, Tina juga mengolah kulit ular dan biawak menjadi sepatu, dompet, sabuk, topi, sarung telepon seluler, dan tempat kartu nama. Di rumahnya, taplak meja Tina juga terbuat dari kulit ular.

Tina kemudian membuat tas kulit reptil yang dimodifikasi dengan batik khas jambi. Kini, ia berencana memadukan tas kulit dengan bahan rotan dan eceng gondok.

Usaha kerajinan kulit reptil ini baru delapan bulan dijalankan Tina dengan menggunakan merek TM (Tina Mitra). Usaha ini berkembang dengan cepat. Dalam sebulan, jumlah pesanan mencapai rata-rata 20 tas, belum termasuk dompet dan aksesori lainnya.

Sebagian besar pesanan datang dari kalangan wanita yang gemar berbelanja. Mereka memesan lewat internet dan ada juga yang datang langsung ke etalase tas kulit di rumahnya yang beralamat di Jalan Adityawarman, Thehok, Kota Jambi.

Menurut Amelia Masniari, penulis buku Miss Jinjing, Pantang Mati Gaya, tas hasil produksi Tina sangat rapi dan tidak kalah dengan tas-tas kulit ular yang diproduksi merek dunia, seperti Adriana Castro dan Bottega Veneta.

Padahal, produk-produk berkelas internasional tersebut dijual dengan harga di atas Rp 50 juta. Sementara Tina menjual tas kulitnya dengan harga paling mahal Rp 3 juta per buah.

Amelia pun selalu membawa Tina bersama tas-tas kulitnya, ikut roadshow peluncuran buku ketiganya tersebut ke sejumlah kota.

Produk tas kulit reptil Tina sangat eksklusif. Mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Batanghari ini hanya membuat satu unit untuk setiap jenis dan warna. Sebagian besar pembuatan tas didasarkan hasil pesanan.

Calon pembeli umumnya mencontoh desain produk dari luar negeri yang harganya puluhan juta itu. ”Ada yang kami buat dengan desain sendiri. Ada juga yang mereka kasih contohnya, lalu kami buatkan di sini. Hasilnya, mereka tetap puas karena kualitas bagus, tetapi harga jauh lebih murah,” ujar wanita yang memiliki tujuh karyawan di bengkel tas reptilnya itu.

Sejauh ini, ibu lima anak ini belum dapat memenuhi jumlah pesanan besar. Pasalnya, jumlah tenaga kerja yang memadai dalam bidang penyamakan dan penjahitan tas kulit sangat sulit didapatkan. Sementara proses pembuatan satu tas bisa memakan waktu dua hingga tiga pekan.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com