Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Bebaskan Bayi dari Ruam Popok

Kompas.com - 15/05/2010, 13:28 WIB

Kompas.com - Rasanya tidak ada bayi yang tidak memakai popok. Bulan-bulan pertama sampai ia mampu buang air sendiri, popok menjadi bagian hidupnya. Apalagi, bayi belum bisa mengontrol kandung kemihnya sehingga dalam sehari bisa buang air kecil sampai puluhan kali.

Saat ini tersedia dua jenis popok di pasaran, yakni popok sekali pakai (diapers) dan popok kain. Kendati popok kain masih banyak dipakai, namun para ibu masa kini lebih suka memakai diapers karena alasan kepraktisan. Selain tidak perlu dicuci, popok sekali pakai memliki daya serap besar dan tidak mudah lepas.

Masalah yang sering dicemaskan orangtua akibat pemakaian popok adalah timbulnya ruam popok. Dari namanya, ruam popok adalah peradangan di daerah yang tertutup popok, seperti sekitar kelamin, bokong, dan pangkal paha bagian dalam.

Ruam popok sering dialami oleh bayi berusia kurang dari setahun. Biasanya berwarna kemerahan disertai lecet dan gatal. Kondisi ini terjadi karena bakteri dan amonia pada tinja dan air seni bayi. Kedua zat ini bisa melukai dan mengiritasi kulit bayi.

"Sisa-sisa urin dan kotoran bayi juga membuat kulit bayi basah dan lembab yang membuat gatal. Gesekan di bagian gatal ini menimbulkan iritasi dan akhirnya terjadi ruam popok," urai dr.Tina Wardhani Wisesa, Sp.KK (K), dari Klinik Sakti Medika, Tebet, Jakarta.

Lapisan plastik yang terdapat di popok sekali pakai, karena tidak adanya sirkulasi udara, juga sering menimbulkan kelembaban. Namun demikian, menurut dr.Tina popok kain juga bisa memicu ruam popok.

"Popok kain sebenarnya memiliki daya serap yang rendah, sehingga kulit bayi menjadi lembab dan bila dibiarkan bisa menimbulkan iritasi kulit," imbuh Ketua Divisi Dermatologi Pediatrik di FKUI RSCM Jakarta ini.

Pemilihan popok

Di bulan-bulan pertama kelahirannya, bayi memerlukan produk popok yang lembut, aman, dan memiliki sirkulasi udara yang lancar agar terhindar dari ruam popok.

Yang patut diketahui para orang tua, produksi kelenjar keringat dan minyak kulit bayi relatif lebih sedikit dibandingkan kulit orang dewasa. Akibatnya, lebih mudah terganggu perubahan suhu dan kelembaban di sekitarnya. Kulit bayi jadi lebih rentan terhadap bahan iritan, juga terhadap infeksi.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com