Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pubertas Kita Melawan Ramadhan

Kompas.com - 13/08/2010, 03:43 WIB

Pubertas versus Ramadhan? Kok, kayak bersaing gitu judulnya? Kira-kira ada apa sih, kok pubertas harus dijadiin lawannya Ramadhan? Kalo gitu, berarti ada satu yang menang, dong? Biar tahu, baca artikel ini, yaaa!

Setelah sekian lama, akhirnya ketemu sama suasana ini lagi, ya? Suasana saat inbox HP kita penuh dengan SMS ”mohon maaf lahir batin”, acara salam-salaman, pedagang dadakan di mana-mana, kerabat pulang kampung, dan nuansa religi yang kental di tiap sudut kota, bahkan di semua stasiun televisi!

Yap! Kita sekarang sudah memasuki bulan Ramadhan. Beberapa waktu lalu kita ngerasain hari pertama di bulan yang suci ini. Kita juga ngerasain lagi padatnya tarawih di malam pertama dan ramainya penjual minuman ketika dekat saat berbuka.

Bener-bener bulan yang pengaruhnya besar buat kehidupan kita, khususnya buat negara kita tercinta yang penduduknya mayoritas beragama Islam. Tapi, kita enggak mau bicarain itu dulu sekarang.

Sobat MuDAers pasti sering banget dan enggak perlu dikasih tahu lebih mendalam lagi kalo di bulan yang penuh berkah ini kita harus nahan haus dan lapar. Juga nahan nafsu, amarah, sambil tetap menambah pahala dengan ngelakuin berbagai amal saleh.

”Ya, terus hubungannya sama pubertas, apa?”

Sabar dulu, kita semua pasti udah tahu kalo sebagai remaja bakal ngelewatin sebuah fase pendewasaan yang disebut pubertas. Di fase itu, sebagian dari kita ada yang baru ngerasa suka sama cewek atau cowok, baru ngerasain enaknya nongkrong bareng temen-temen, dan lain-lain.

Gampangnya, saat sang remaja mencari jati diri, deh. Nah, korelasinya dengan judul tersebut, tim Kompas MuDA pengin tahu, gimana sih caranya para MuDAers menyiasati atau menyikapi dua hal yang bertentangan itu?

Di satu sisi, hormon ngebuat gejolak nafsu jadi lagi pol-polnya, sedangkan di sisi lain nafsu itu harus ditahan dan dialirin ke arah yang positif. Nah, masa pubertas kita saat ini adalah masa-masa yang suuliiiit dikendalikan. Kalau enggak canggih mengendalikan, bisa oleng puasa kita....

Mereka yang batal

Untuk yang satu ini, ada beberapa remaja yang memilih untuk membatalkan puasa. Alasannya pun beragam dan mungkin sebagian dari kita udah pernah ngerasain sendiri.

”Kalo sahur, susah banget bangunnya,” begitu yang sering mereka katakan. ”Duh... parah deh, gue kalo enggak ngerokok, seharian mulut bisa asem,” itu komentar mereka yang udah kecanduan rokok.

Ada juga yang bilang, ”Kan, gue cewek, kalo lagi males, bilang aja lagi ’dapet’,” ujarnya sambil terkekeh.

Nah, hal yang seperti itu jangan sampai MuDAers tiru ya, he-he-he.

Ada lagi nih, yaitu bergosip. Sebenarnya bergosip enggak membatalkan puasa, tapi hal ini bisa mengurangi pahala puasa kita.

Mungkin hal ini kelihatannya sepele, tapi tanpa kita sadari ternyata ngegosipin orang udah jadi makanan sehari-hari buat mayoritas dari kita. Ini harus kita perhatiin, nih. Kan, sayang banget kalo puasa kita harus hilang pahalanya gara-gara itu doang.

Hmm masalahnya, kehidupan kita sekarang sudah dikepung oleh ”budaya” ngegosip ini. Seolah udah mendarah daging. Di televisi, dari kita bangun tidur hingga tidur lagi, semua pada ngegosipin kehidupan yang sangat pribadi dari seseorang.

Jadi, kita harus hati-hati dengan kondisi seperti ini. Katakan tidak untuk kegiatan bergosip ria, baik di dunia nyata, dunia maya, seperti Twitter dan Facebook, atau di dunia pertelevisian itu.

Di atas ngegosip, kebiasaan utama yang susah untuk diredam adalah masalah pacaran. Eits, iya kan? Banyak yang pahala puasanya berguguran karena masalah ginian tidak bisa diselaraskan. Hmm sebaiknya gimana ya?

Mereka yang bertahan

Nah, untuk yang ini, mayoritas temen kita jawab kalo mereka itu berpegang sama prinsip mereka. ”Gue ya gue, mereka ya mereka,” begitulah jargon yang biasa mereka ungkapkan.

”Gue malu sama diri gue sendiri, sama keluarga.” Bukan cuma itu, salah satu faktor terkuat dari ”kubu” pubertas, yaitu pacar, kenyataannya malah jadi energi tersendiri.

”Gebetan gue selalu dukung gue kalo masalah puasa. Dia bangunin gue pas sahur, ngingetin gue pergi tarawih, banyak deh,” begitu teman-teman sering bercerita dengan bangga.

Wah, berarti enggak selamanya pacaran itu konotasinya jelek, kan?

MuDAers, sebenarnya yang pengin kita cari dari judul tersebut bukan pemenang dari salah satunya. Apa yang kita cari adalah yang seri. Dalam artian, enggak bisa pubertas yang menang karena yang mentingin hawa nafsu dan gejolak masa muda yang berlebihan pasti bakal terseret ke hal-hal buruk serta gagal dalam ibadah Ramadhan-nya.

Enggak bisa juga kita mengabaikan perhitungan soal gejolak hormon di masa pubertas ini. Karena pubertas itu alamiah dan merupakan proses wajib yang harus dilewati setiap remaja menuju kedewasaan.

Itu emang enggak mudah. Cuma, enggak mudah bukan berarti enggak bisa, ya? Tinggal bagaimana kita mengelola pubertas itu lebih terkendali, aman, ortu tenang, dan menguntungkan semua pihak he-he-he.

Ramadhan itu cuma 30 hari setahun, loh. Selama enggak ada yang mampu ngejamin kita bisa melek lagi besok, enggak ada juga yang mampu menjamin kita bisa ketemu bulan yang penuh ampunan dan berkah ini lagi, kan?

So, keep your spirit on fire! Ini baru minggu pertama kita puasa. Masih ada berhari-hari yang bisa kita gunain untuk menghimpun pundi-pundi amal ibadah, sambil tetap eksis dan gaul hingga tiba hari kemenangan nanti. Be the winner of draw match, pal!

Tim SMAI AL-Azhar 1 Jakarta: Syarafina Alfiansyah, Mediana Tiffany, Rafini Rahmadini, Muhammad Kamal, Amadeo Drian Basfiansa

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com