Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kurang Pede akibat Banjir Keringat

Kompas.com - 16/09/2010, 11:55 WIB

Dipicu stres Hiperhidrosis pun bisa disebabkan menopause. Wanita yang memasuki masa menopause bisa mengalami hot flashes, yakni terjadi peningkatan suhu kulit disertai keringat dan kegerahan. Hal ini terjadi karena adanya penurunan kadar estrogen.

"Beberapa wanita menopause sering terbangun pada malam hari karena pakaiannya basah oleh keringat," ucap dr Ratna.

Penyebab lainnya, yakni hipoglikemia. Kadar gula darah yang rendah sering dijumpai pada penderita diabetes yang mengonsumsi insulin atau obat antidiabetes. Gejala awalnya berkeringat, badan gemetar, lemah, lapar, dan mual. Hipoglikemia juga bisa terjadi setelah makan, terutama pada mereka yang telah menjalani pembedahan lambung atau usus.

Keringat yang membanjir juga kadang dipicu oleh stres, emosi, atau olahraga, tetapi bisa pula terjadi secara spontan. Pada hiperhidrosis palmaris, tangan penderita lembab dan basah. "Hal ini menimbulkan masalah sosial karena setiap mereka bersalaman akan menyebabkan telapak tangan lawannya basah," ujarnya.

Bagian tubuh yang mengalami hiperhidrosis sering berwarna merah muda atau putih kebiruan. Pada kasus yang lebih parah, kulit pecah-pecah dan bersisik, terutama di bagian kaki.

Konsumsi obat-obatan dan alkohol; penyakit jantung, pernapasan, saraf, infeksi, gangguan hormonal; atau penyakit keganasan juga bisa menimbulkan gejala keringat berlebih. Bila kondisi pemicu tersebut diatasi, maka masalah keringat berlebih pun selesai.

Efek samping "Cara paling ringan dan aman untuk mengatasi keringat berlebih adalah melakukan modifikasi gaya hidup," kata dr Ratna. Dalam hal ini termasuk tidak mengenakan pakaian ketat, berbahan nilon, poliester, atau wol kecuali pada suhu dingin, dan topi.

Untuk keringat berlebih pada ketiak dapat diberi pengobatan secara konservatif, baik topikal maupun sistemik dan operatif. "Jenis pengobatan topikal banyak digunakan tanpa resep dokter, misalnya pemakaian deodoran yang mengandung aluminium klorida," tambahnya.

Deodoran dapat mengurangi keringat, tetapi bersifat sementara. Efek samping yang bisa ditimbulkannya biasanya ringan, misalnya iritasi. Pengobatan sistemik dilakukan dengan pemberian obat-obatan per oral dan obat-obat penenang untuk menghambat efek asetilkolin pada kelenjar keringat. Namun, sering dijumpai efek samping dengan masalah melebihi hiperhidrosisnya, seperti mulut kering, gangguan penglihatan, glaukoma, hipertermia, hipotensi, dan kejang.

"Yang perlu diperhatikan efek toksik obat antikolinergik yang biasanya tercapai sebelum timbul efek antihidrosisnya, sementara obat penenang biasanya tidak berespons meskipun hiperhidrosis dipengaruhi oleh stres emosional," katanya.

Halaman Berikutnya
Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com