Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mengapa Pria Membeli Layanan Seks?

Kompas.com - 03/12/2010, 19:46 WIB

Tidak dipungkiri bahwa sebagian kecil perempuan mungkin menceburkan diri ke dalam bisnis seks bayaran karena ingin hidup enak dengan cara mudah. Namun mereka ini tetaplah korban, yaitu korban dari budaya kapitalisme yang mendorong orang untuk menjadi hedonis. Sistem kapitalisme  mendorong orang untuk hidup konsumtif, sekaligus menjadi barang dagangan yang bisa dibeli.

Konteks historis lainnya adalah adanya kemungkinan para perempuan ini merupakan korban perdagangan seks yang mengalami kekerasan fisik, psikologis, dan jeratan utang. Modus umumnya adalah, para perempuan ini ditawari pekerjaan bergaji besar di luar negeri, namun ternyata sesampai di negara tujuan mereka dipaksa bekerja memberi layanan seks.

Masih banyak pembenaran lain yang disampaikan Nori dalam bukunya. Salah satunya adalah, para pria menganggap penggunaan layanan seks bayaran ini sebagai bentuk pernyataan kekuatan persaudaraan antarkaum lelaki. Suka atau tidak, "inilah dunia lelaki".

Dengan bergabung di forum-forum komunikasi di internet, kaum lelaki merasa mereka bukan satu-satunya yang memiliki hobi membeli seks. Bila ada komunitas yang menggunakan layanan seks berbayar ini artinya, aktivitas ini adalah sesuatu yang lumrah dilakukan. Dengan saling berbagi informasi, mereka bisa saling menguatkan, dan mungkin juga mengurangi rasa bersalah. Bahkan sebaliknya, bisa saling menyombongkan diri tentang pengalaman mereka di internet.

Berbagai pembenaran ini memang sudah mengakar kuat sejak lama. Namun bukan tak mungkin untuk dibongkar. Melalui studi kasusnya, Nori ingin mengajak para pembacanya -lelaki maupun perempuan- untuk lebih peduli dengan masalah ini. Sekali lagi, ini bukan hanya masalah perempuan yang menjadi penjaja seks tersebut, melainkan masalah kita bersama. Kalau kita saja tidak mau peduli, bagaimana dengan para lelaki?

Sumber: Jakarta Uncovered: Membongkar Kemaksiatan, Membangun Kesadaran Baru

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com