Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Saatnya Tenun Lurik Kembali Berjaya...

Kompas.com - 24/12/2010, 05:28 WIB

Kain tenun lurik yang menjadi salah satu ikon Klaten sempat meredup cukup lama. Posisi itu sempat diambil alih sektor usaha lainnya, seperti mebel. Namun, empat tahun terakhir, tenun lurik perlahan kembali berkembang, baik jumlah unit usaha maupun nilai produksi. Bahkan, kaum muda mulai melirik usaha itu.

Ketika anak-anak muda yang biasanya gengsi menggarap sektor usaha tradisional mulai nimbrung, artinya usaha itu dinilai masih berprospek oleh mereka. Sebagian pelaku baru itu masih benar-benar kinyis di sektor itu, atau wajah-wajah lama yang kembali bergeliat setelah permintaan kain tenun bermotif lurik (garis-garis) melonjak tajam tiga tahun belakangan.

Sebelumnya industri kain tenun Klaten sempat berjaya pada periode tahun 1960-an, tapi perlahan mengendur akibat perkembangan alat tenun mesin (ATM), yang mampu menghasilkan kain lurik yang murah dan kualitas tak kalah dengan alat tenun bukan mesin.

Barulah ketika muncul kebijakan Pemerintah Kabupaten Klaten yang berpihak kepada perajin, dengan mewajibkan pegawai negeri sipil (PNS) menggunakan lurik dua hari sepekan, usaha itu kembali menggeliat. Sentra industri kecil itu pun akhirnya tak lagi hanya berpusat di Pedan, tetapi juga merambah daerah lain, seperti Mlese di Cawas.

Kelompok Tenun Sumber Rejeki Tex di Dusun Cabeyan, Desa Mlese, termasuk pemain baru yang muncul akibat menariknya ”gula” industri tersebut. Kelompok itu kini memiliki lebih dari 40 perajin dengan 40 unit mesin tenun manual alias alat tenun bukan mesin (ATBM).

Kelompok itu memulai usaha tenun lurik pada 2006, dengan produksi sekitar 200 meter kain per bulan. Kemudian naik menjadi 2.500 meter per bulan pada 2009, dan kini mampu memproduksi 4.000 meter kain per bulan.

”Awalnya, ibu saya memiliki usaha pembuatan kain serbet, tetapi hasilnya tak bagus. Setelah ada booming kain lurik kami ikut memproduksi,” ujar Ismail (20), Sekretaris II Kelompok Tenun Sumber Rejeki Tex, Kamis (16/12).

Prospek cerah

Menurut Ismail, sektor ini masih memiliki prospek cerah karena setelah Pemkab Klaten mewajibkan penggunaan lurik, Pemprov Jateng juga mulai menerapkan kebijakan serupa. Karenanya, dia sampai kebanjiran order hingga pemesan harus rela menunggu hingga sebulan.

Berdasar data Dinas Perindustrian, Perdagangan, Koperasi, dan Usaha Kecil Menengah (Disperindagkop dan UKM) Kabupaten Klaten, pada tahun 2006 terdapat 300 usaha ATBM (lurik, serbet, handuk) dengan serapan tenaga kerja 1.090 orang, sedangkan pada tahun 2008, jumlah itu sudah melonjak menjadi 1.036 unit dengan serapan tenaga kerja 3.108 orang.

Kenaikan itu juga diikuti lonjakan produksi, dari semula 1,9 juta meter kain senilai Rp 8,04 miliar menjadi 3,1 juta meter kain tenun dengan nilai Rp 21,8 miliar. Dinas memperkirakan kenaikan terus berlangsung, tetapi sayang, mereka belum memiliki data terbaru tahun 2009 maupun 2010.

”Tentunya pasar masih terbuka lebar karena di Klaten saja ada belasan ribu pegawai negeri sipil. Namun, perlu juga menarik anak-anak muda untuk mengenakan kain lurik,” ujar Kepala Seksi Pemberdayaan Usaha Mikro Kecil Menengah pada Disperindagkop dan UKM Kabupaten Klaten Yoenanto Sinung Noegroho.

Menurut dia, sektor usaha ini berpotensi menjadi perekrut tenaga kerja baru, di tengah stagnasi industri mebel akibat ketatnya persaingan dengan daerah lain dan kesulitan bahan baku. Saat ini sektor UKM mebel menempati posisi teratas dari nilai produksi UMKM di Klaten, yakni Rp 166,052 miliar. Tahun 2006 produksinya sempat menembus Rp 175,8 miliar.

Namun, di tengah peluang yang terbuka lebar, industri kain ikat tenun lurik tradisional ini juga mendapat tantangan. Pasalnya, industri itu juga menarik pelaku usaha yang menggunakan alat tenun mesin. Selain produktivitas tinggi, juga tak menyerap banyak tenaga kerja.

Selain itu, kendati pelaku usaha sektor ATBM mulai dilirik generasi muda, sebagian besar dari perajin tenun lurik berusia lanjut.

”Anak-anak sekarang masih lebih suka kerja di pabrik. Padahal, upah dari tenun lurik sudah cukup baik sekarang,” tutur Wisih (35), salah seorang perajin tenun lurik dari Mlese.

(Antony Lee)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com