Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Lodeh Rumahan dari Secang

Kompas.com - 09/01/2011, 10:03 WIB

Antony Lee dan Sidik Pramono

KOMPAS.com — Bayangkan menyantap sepiring sayur lodeh dengan nasi hangat dan potongan ikan asin. Seusai makan, kita ditemani teh tubruk dalam sajian cangkir blirik. Itulah kenikmatan di Kedai Kopi Klotok di Secang, Kabupaten Magelang, Jawa Tengah. 

Tidak susah menemukan lokasi kedai yang terletak di tepi Jalan Raya Magelang-Semarang, sekitar 6 kilometer sebelum Kota Magelang dari arah Semarang. Berada di lahan seluas lebih kurang 3.000 meter persegi, dengan luas bangunan sekitar 1.300 meter persegi, ciri khas warung makan ini adalah bangunan utama bergaya arsitektur limasan berbahan kayu jati dengan bata timbul di bagian belakang.

Warung makan itu milik Pramono, pengusaha asal Blora yang sudah lama menetap di Magelang. Konon, dahulu tertera angka 1898 di bagian atas limasan yang dipindahkan dari Kabupaten Blora, di pesisir timur Jawa Tengah.

Sebagian ornamen memperkuat kesan rumah kampung zaman dahulu, seperti meja dan bangku panjang dari kayu jati tua. Di atas meja diletakkan beberapa stoples kaca model kuno berisi penganan kampung, semisal lanting. Juga ada kertas papir serta tembakau rajangan yang siap dilinting dan diisap.

Menurut Manajer Operasional Kopi Klotok Ayu Kusumadewi, bangunan limasan itu sempat dijadikan galeri barang-barang antik sejak tahun 2006. ”Banyak orang yang berkunjung mengusulkan dijadikan rumah makan saja, sekaligus tempat istirahat,” tutur Ayu pada hari terakhir tahun 2010.

Variasi lodeh

Di warung makan ini hanya tersedia makanan utama yang khas ”ndeso”, yaitu beragam varian sayur lodeh seperti sayur lodeh tempe lombok ijo, lodeh kluwih (serupa buah sukun tetapi berserat lebih halus), atau lodeh terong. Sebagai pelengkap, ada gereh layur (ikan asin), tahu bacem, telur dadar atau ceplok, pindang goreng, atau ayam kerikil (ayam potongan kecil). Disediakan pula pilihan nasi putih ataupun sego megono (nasi yang dicampur nangka muda).

Kekhasan lainnya, pengunjung Kopi Klotok bisa langsung ke dapur untuk mengambil sendiri nasi ataupun lauknya dengan takaran sepuasnya. Bahkan, pengunjung juga bisa tambah nasi dan lodeh sampai kenyang tanpa terkena biaya tambahan.

Satu porsi nasi putih dihargai Rp 2.500, sedangkan sego megono Rp 5.000. Sayur lodeh Rp 4.500 dan menu pendamping berkisar Rp 500 untuk sambal dadak hingga Rp 6.000 untuk buntil. Namun, ada pula tawaran paket makan puas Rp 8.500 per orang untuk nasi putih, lodeh, gereh, serta sambal. Rasa segar sayur lodeh yang sedikit pedas dan manis lebih mantap dipadu dengan rasa asin dan krenyes-krenyes potongan ikan asin.

Bagi Ayu, ukuran makan sepuasnya bagi tiap orang berbeda. Pernah ada tiga tamu bisa menghabiskan 12 piring. ”Tapi tetap enggak rugi karena ada tambahan minuman dan makanan tambahan yang lainnya,” tutur Ayu.

Tetapi, apa menguntungkan dengan makan sepuasnya? ”Pasti, karena kalau tidak, usaha ini tidak akan bertahan,” katanya sambil tertawa.

Ada beberapa pilihan minuman, seperti teh tawar, teh manis, jeruk, kopi klotok (kopi rebus), dan teh tubruk gula batu. Kopi klotok biasanya disajikan dalam gelas belimbing atau gelas dengan uliran bagian bawah yang mirip belimbing. Teh tubruk terhidang di cangkir blirik berbahan kaleng dengan motif loreng hijau muda dan putih. Untuk penganan ringan, tersedia pisang goreng dan juadah goreng. Nikmat.

Testimoni Mahfud MD

Sejak didirikan September 2009, rata-rata ada 150 pengunjung setiap hari. Pada hari-hari libur, jumlah pengunjung bisa naik 2-3 kali lipat. Warung makan ini buka setiap hari mulai pukul 06.30 hingga 21.00. ”Tamu-tamu kami kebanyakan orang Jawa Tengah yang merantau. Ketika pulang kampung, mereka kangen makanan desa yang dulu disantap di rumah,” tutur Ayu.

Sebenarnya, tidak ada resep khusus masakan Kopi Klotok. Semuanya disiapkan empat koki yang dikepalai Bu Har, juru masak keluarga eyang pemilik rumah makan ini. Boleh jadi itu juga yang membuat masakan tersebut menjadi berkesan begitu rumahan, membuat kangen, dan akhirnya menjadi klangenan.

Simon Supriyadi (44), pengusaha ayam potong dari Kudus, pun berkomentar, ”Saya jadi ingat rumah orangtua saya di Pekalongan. Makanannya pas, begitu juga dengan kopi klotoknya.”

Kendati usia rumah makan ini terbilang masih muda, ada beberapa tokoh nasional yang bersantap di sana, misalnya Ketua Mahkamah Konstitusi Mahfud MD yang kerap datang bersama sang istri. Mahfud bahkan sempat memberikan testimoni, ”Kopi yang enak dan lezat. Masakan yang nikmat ala tradisional”.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com