Acara lelang dua lembar kain batik Lasem berusia 150 tahun di Jakarta, akhir pekan lalu, bukan lelang biasa. Pun penjualan batik karya 25 perempuan pembatik dari Lasem.
”Uangnya untuk membantu ibu-ibu itu memperkuat posisinya. Dulu mereka buruh pembatik, sekarang pengusaha. Mereka sudah menyumbang kas desa, membantu posyandu, dan lain-lain,” ujar Kamala Chandrakirana, Ketua Pengurus Yayasan Sosial Indonesia untuk Kemanusiaan (YSIK), memaparkan kerja samanya dengan Institut Pluralisme Indonesia.
Selama 15 tahun terakhir, YSIK mendukung 600 kegiatan di akar rumput dari 400 lembaga dari Aceh sampai Papua. Sejak tahun 2003, YSIK bekerja sama dengan Komisi Nasional Antikekerasan terhadap Perempuan membuat Pundi Perempuan, yang telah ”menemani” 37 Women’s Crisis Center.
”Kita berkolaborasi untuk menanggapi isu ketidakadilan, pelanggaran hak asasi manusia, dan penghapusan kekerasan terhadap perempuan,” kata Kamala.
Semua kegiatan YSIK terkait dengan penyadaran tentang keberwargaan melalui konsep membangun fondasi komunitas dan kepercayaan publik pada gerakan sosial.
”Kami sedang berusaha membantu sekolah anak-anak petani di Garut,” kata Kamala. ”Mereka semua sedang berjuang untuk berorganisasi dan menegakkan hak-haknya. Ini soal martabat.”