INGKI RINALDI
Zulkifli kerap memberikan ceramah kewirausahaan, memotivasi orang untuk berusaha secara mandiri. Nelvi pun tak jarang menyambangi komunitas wirausaha baru di sejumlah kabupaten di Sumatera Barat.
”Tak ada jalan instan dalam berwirausaha,” kata Nelvi.
Semua itu dilakukan pasangan ini nyaris dalam ”diam”. Nelvi sering disangka pegawai toko oleh pelanggan yang hendak membeli kain tenun songket produksinya.
”Kadang saya ditanya, sudah berapa tahun kerja di sini? Ya, saya jawab saja, baru dua bulan,” selorohnya.
Selain tak sungkan membeberkan segala ihwal soal bisnis, mereka dengan senang hati juga menjadi ”rahim” bagi lahirnya wirausaha baru. Dengan modal belasan juta rupiah yang mereka gulirkan, mereka telah melahirkan sejumlah pengusaha baru yang mandiri.
Menurut Zulkifli, relatif sulitnya menumbuhkan wirausaha baru setidaknya disebabkan tak ada informasi yang memadai dari pemerintah soal peluang usaha. Selain itu, keinginan cepat kaya cenderung menjadi penyakit bagi sebagian wirausaha pemula.
”Untuk sukses dalam wirausaha setidaknya butuh waktu puluhan tahun,” kata Zulkifli.
Nelvi mengenang masa puluhan tahun lalu saat memulai usaha di bidang pembuatan dan penjualan tenun songket, bordir, dan beragam penganan khas Minang. Sama seperti banyak saudara dan teman sebayanya, anak kedua dari lima bersaudara asal Nagari Pandai Sikek, Kecamatan X Koto, Kabupaten Tanah Datar, Sumatera Barat, ini sejak kecil akrab dengan tenun songket.