Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ketika Kecantikan jadi Obsesi

Kompas.com - 06/04/2011, 10:59 WIB

Mereka mengalami ketidakbahagian yang luar biasa karena hal ini. Mereka menghabiskan waktu berjam-jam berdiri di depan kaca hanya untuk memastikan bahwa semuanya dalam keadaan baik, namun sayangnya hal tersebut tidak pernah terjadi.

Orang dengan gangguan citra tubuh selalu merasa ada yang salah dengan dirinya. Terkadang mereka datang ke dokter bedah plastik estetik untuk dilakukan perubahan terhadap bagian tubuh mereka yang tidak disukai, yang pada kenyataannya jarang sekali memuaskan mereka. Malahan mereka semakin sering meminta dokter bedahnya untuk terus melakukan perbaikan (pernah suatu saat di acara talkshow Oprah Winfrey Show, dihadirkan seorang wanita yang sudah lebih dari 20 kali melakukan operasi plastik di daerah wajah namun tidak pernah puas akan hasil yang didapat).

Beberapa orang yang mengalami gangguan ini akhirnya sering menghindari publik. Mereka enggan pergi ke sekolah atau bekerja karena tidak ingin dilihat oleh orang lain. Bila kasusnya lebih berat lagi, maka orang tersebut dapat melakukan tindakan bunuh diri.

Awalnya, gangguan citra tubuh berlangsung berangsur-angsur. Hal seperti komentar negatif terhadap penampilan seseorang dapat menjadi pemicu. Riwayat dilecehkan bentuk tubuhnya saat masa kanak, tidak dicintai oleh orang tua dan pernah mengalami penyakit yang memperburuk penampilan seperti jerawat yang berlebihan di wajah mempunyai peranan yang penting dalam perjalanan gangguan ini. Hal ini sekarang ditambah pula dengan iklan-iklan yang selalu menempatkan kecantikan dan ketampanan sebagai modal untuk menarik perhatian orang lain serta selalu menekankan kepada keunggulan kecantikan fisik.

Tidak mengherankan dengan segala gambaran tentang kekurangan ini, individu yang menderita gangguan ini sering didiagnosis sebagai fobia sosial karena keengganannya untuk berada di lingkungan publik. Beberapa di antaranya secara klinis telah dapat dimasukkan dalam diagnosis depresi.

Penelitian mengatakan empat dari lima penderita mengalami episode depresi berat. Sehingga pada beberapa orang, pengobatan dengan antidepresan dapat menimbulkan perbaikan. Gangguan lain yang terkait adalah gangguan obsesif kompulsif. Bahkan beberapa ahli mengatakan bahwa gangguan citra tubuh merupakan bagian dari gangguan obsesif kompulsif, di mana pikiran selalu (obsesif) tentang penampilan tubuh dibarengi dengan tindakan berulang (kompulsi) selalu melihat ke cermin. Perbedaannya terletak bahwa gangguan citra tubuh berfokus pada penampilan sedangkan gangguan obsesif kompulsif berfokus pada bahaya kontaminasi.

Deteksi Dini Dan Pencegahan Kunci Utama

Sebagai penatalaksanaan pasien dengan gangguan ini. Maka psikoterapi memegang peranan yang penting. Psikoterapi berorientasi tilikan berguna untuk memperbaiki tilikan pasien terhadap dirinya. Selain juga tentunya obat-obatan terutama dari golongan antidepresan SSRI seperti Fluoxetine dan Sertraline dapat bermanfaat. Penelitian di Amerika mengatakan pengobatan dengan golongan SSRI seperti Fluoxetine dan juga golongan Clomipramine dapat menurunkan gejala kepada 50% pasien. Bila terdapat komorbiditas dengan gangguan mental lain, seperti gangguan depresi atau gangguan cemas, maka pengobatan secara psikofarmakologi dan psikoterapi yang tepat perlu juga dilakukan.

Pasien seringkali datang ke dokter bedah plastik untuk memperbaiki kekurangan yang dia milliki. Dari laporan yang ada, pembedahan dan perbaikan secara estetik terhadap apa yang dikeluhkan pasien tidak bermakna menghilang. Sehingga disarankan bagi beberapa pasien yang ingin melakukan bedah plastik estetik karena gangguan ini berkonsultasi terlebih dahulu dengan seorang psikiater. Hal ini untuk menilai apakah terdapat gangguan citra tubuh pada pasien ini.

Bila ternyata ada maka segala usaha operasi untuk memperbaiki diri mereka juga tidak akan berhasil dan membuat puas si pasien karena sebenarnya yang menjadi masalah adalah bukan hasil operasinya atau bagaimana fisik mereka terlihat, tetapi lebih terhadap pandangan mereka terhadap citra tubuh mereka sendiri. Sehingga perlu adanya kerjasama antara dokter ahli bedah plastik dengan psikiater untuk menilai kesiapan para pasien bedah plastik estetik yang ingin menjalani operasi.

Dr. Andri SpKj, Psikiater dengan kekhususan di bidang Psikosomatik dan Psikiatri Liaison.  Penanggung Jawab Klinik Psikosomatik RS Omni, Alam Sutera, Tangerang.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com